(Renungan) Tidak Jemu-Jemu Berdoa

Tidak Jemu-Jemu Berdoa 
(Celestinus Hudianto) 


Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu.
(Yoh. 17 : 9)


Kalender Liturgi Selasa, 23 Mei 2023 
Bacaan Pertama : Kis. 20 : 17-27
Mazmur Tanggapan : Mzm. 68 : 10-11, 20-21
Bacaan Injil : Yoh. 17 : 1-11a


Ayat dari bacaan Injil di atas dalam konteks pekerjaan anak di bumi sudah selesai. Yesus mengahkiri "wejangan" perpisahan dengan berdoa, yaitu untuk kemuliaan Bapa dengan sikap menengadah ke Surga. Isi doa-Nya  bukan hanya memohon sesuatu tetapi juga menyatakan kesatuan antara Bapa dan anak dalam hal kuasa, pekerjaan, firman dan kemuliaan. Selain itu, mendoakan mereka yaitu para murid juga orang-orang yang telah menerima dan taat firman Bapa. Dalam kesempatan lain Yesus bersabda: Dan apabila kamu berdoa, janganlah seperti orang munafik. Lagi pula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.

Yesus mendoakan mereka tersebut bukan untuk dunia atau orang-orang yang tidak menerima anak yang diutus Bapa. Hal ini disebabkan, mereka adalah milik Bapa yang diberikan kepada anak, bahkan melalui perumpamaan domba yang hilang (Luk. 15:4-7)  yang menggambarkan kasih dan pengampunan Yesus dan mereka ditinggalkan di dunia ketika anak telah ditinggikan di salib untuk kembali kepada Bapa. Adapun isi doa Yesus bagi mereka adalah agar Bapa memelihara dan menguduskan dalam kebenaran.

Wejangan perpisahan Yesus dengan berdoa di atas mengingatkan penulis ketika Ibunda Agnes Soemanti (alm.), ketika usia 85 tahun yang secara fisik hanya bisa berdoa. Beliau selama enam tahun memohon kepada Allah dengan berdoa rosario dan atau novena tiga salam Maria. Ini dilakukan lebih lima kali setiap hari dengan ujud doa bagi anak dan cucunya satu per satu seturut harapan masing-masing. Yang menarik adalah satu cucunya berminat menjadi romo. Hal ini, bagi ibu merupakan suatu kebanggaan dan bentuk persembahannya kepada Tuhan. Ibu kelihatan bahagia bila mendengar cucunya itu pulang dari tugas putra altar. Puncaknya saat ibu sudah  bed rest. Ketika mendengar cucunya masuk Seminari terucap puji syukur dan dengan raut wajah bahagia meninggalkan kami selamanya pada usia 91 tahun. Puji Tuhan cucunya saat ini menjadi gembala yaitu: Romo Giovani Mahendra Christi, MSF di Gereja Purwodadi.

Sudahkah kita bedoa dengan tidak jemu-jemu? Bila disertai rasa syukur, maka permohonan kita akan dikabulkan seturut kehendak-Nya.


Doa : 

Ya Allah Yang Mahakasih, panggilan hidup kami Kautaburkan dari keluarga. Terima kasih untuk ibu (alm) yang telah  menjadi inisiator, teladan, sahabat dalam mengasuh dan menumbuhkembangkan iman kami sekeluarga. Semoga, seperti ibu Agnes Soemanti (alm) kami tidak jemu-jemu berdoa. Amin.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgy3P6zlNvW8K8kzPJLV4JFqbz-HIybFUXQmFwhkpY0QHXcyRKmjs1CVHzqPbueAd710piadei8MIYUTfn3ET_wswCwFu5K9tuug4IND8XY2xW_w-50lJ3ni87mNDKzkXtmY79yrV5OAoA/s1600/doa+yesus+unt+muridnya+%25281%2529.jpg



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang