(Renungan) Yesus Memahami Penderitaan dan Duka Cita Kita, Anak-Anak-Nya

Yesus Memahami Penderitaan dan Duka Cita Kita, Anak-anak-Nya
(Irene Sri Handayani)


Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya disampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah anakmu!" 
Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" 
Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. 
(Yoh. 19 : 26-27)


Kalender Liturgi Senin, 29 Mei 2023
Pw. Santa Perawan Maria Bunda Gereja
Bacaan Pertama : Kej. 3 : 9-15, 20 / Kis. 1 : 12-14
Mazmur Tanggapan : Mzm. 87 : 1-2, 3, 5, 6-7
Bacaan Injil : Yoh. 19 : 25-34


Kita pasti pernah mengalami kesedihan karena berbagai alasan, entah karena ditolak, dicemooh, mengalami kegagalan, merasa kehilangan, menyaksikan penderitaan orang di sekitar kita, dan berduka bila itu menimpa orang yang kita kasihi. Hal-hal ini membuat kita meratapi nasib, mengurung diri bahkan putus asa.

Ibu siapakah yang tidak akan pedih hatinya melihat anak semata wayang mati tidak berdaya dengan cara yang kejam dan sadis? Bunda Maria banyak dirundung duka dalam perjalanan hidupnya bersama Yesus. Gereja mencatat ada 7 peristiwa kedukaan yang dialami Bunda Maria yaitu: saat Simeon meramalkan kejadian yang akan menimpa Yesus, saat mengungsi ke Mesir, saat bersama Yusuf mencari Yesus kecil di Yerusalem, saat menyertai Yesus memanggul salib, saat Yesus wafat, saat jenazah Yesus berbaring di pangkuannya dan saat Yesus dimakamkan.

Rentetan duka cita yang bertubi-tubi menyayat hati ini tidak membuat Bunda Maria putus asa, melainkan dihadapi dalam iman, harap dan kasih. Keteguhan Bunda Maria menjadi teladan bagi kita dalam menghadapi setiap cobaan yang menimpa kita setiap hari.

Yesus memahami duka bunda-Nya dan menjelang wafat, Ia menyerahkan bunda-Nya kepada murid yang dikasihi-Nya dan juga sebaliknya. Ini bukti kasih Yesus terhadap orang-orang yang dicintai-Nya. 

Duka cita merupakan pengalaman yang selalu ingin dihindari oleh manusia termasuk kita para pengikut Kristus. Apakah kita cepat putus asa karena duka cita yang beruntun menimpa hidup kita?

Pernah suatu ketika saya mengalami derita berturut-turut yang mengakibatkan saya depresi. Hari-hariku diisi menangis dan menangis, meringkuk di pojok tempat tidur. Dalam deritaku serasa tidak ada yang memahami penderitaanku, sehingga timbul ketakutan untuk bertemu dengan orang di luar rumah.

Saya bersyukur karena di antara waktu depresiku terkadang masih teringat untuk berdoa dan membaca Kitab Suci. Dalam Mazmur 66:19 tertulis: Sesungguhnya, Allah telah mendengar, Ia telah memperhatikan doa yang kuucapkan. Saya merasa dikuatkan karena Tuhan mendengar doaku. Ya, Tuhanlah tempat yang paling pas bagi pelarianku.


Doa: 

Ya Tuhan Allahku, kuatkanlah selalu iman kami, terutama di saat kami dirundung duka dan derita, agar kami tidak cepat putus asa. Utuslah Roh Kudus-Mu untuk membuka mata hati kami sehingga kami dapat melihat rencana-Mu di balik semua penderitaan yang kami alami.
Semoga iman kami selalu memberi kekuatan baru bagi hidup kami. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang