(Renungan) Orang Mati Meninggalkan Nama Baik

Orang Mati Meninggalkan Nama Baik
(Wellyani Maria) 


Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes." Dan mereka pun heran semuanya.
(Luk. 1 : 63)


Kalender Liturgi Sabtu, 24 Juni 2023
HR. Kelahiran St. Yohanes Pembabtis
Bacaan Pertama : Yes. 49 : 1-6
Mazmur Tanggapan : Mzm. 139 : 1-3, 13-14ab, 14c-15
Bacaan Kedua : Kis. 13 : 22-26
Bacaan Injil : Luk. 1 : 57-66, 80

Pagi ini kita belajar kepada Zakharia dan Elisabet, pasangan teladan orang beriman yang taat dan setia kepada Allah. Ketika diminta untuk menuliskan nama yang pantas bagi anaknya. Zakharia menuliskan “Namanya adalah Yohanes.” Tentunya yang dilakukan Zakharia ini adalah suatu keberanian seorang bapa menuliskan nama yang di luar kebiasaan adat orang Yahudi, dan merupakan  bukti iman dan percaya mereka kepada Allah. Pengakuan inilah yang membukakan mulut Zakharia dan membebaskannya dari kebisuan, sehingga ia bisa menaikkan puji-pujian kepada Allah.

Sebagai orang tua sudah pasti selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dari anak lahir, sudah disiapkan nama terbaik. Nama baptis misalnya, pastilah kita persiapkan dengan membaca buku-buku tentang kisah hidup orang suci dengan harapan teladannya terwujud menjadi pribadi dan karakter yang baik bagi sang anak.  Selain itu, orang tua pasti memberikan segala yang terbaik bagi anaknya seperti nutrisi, fasilitas dan pendidikan untuk menjadi bekal hingga anak dewasa. Seperti Zakaria dan Elizabet menetapkan nama anak mereka seturut perintah Allah, dengan harapan anak itu akan menjadi seperti yang Tuhan harapkan.

Ada peribahasa "Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, orang mati meninggal nama." Artinya setiap perbuatan kita menjadi tanda, warisan  bagi anak, cucu, sahabat, dan sesama di sekitar kita. Dikenang dengan nama yang baik tentunya menjadi harapan bagi kita semua. 

Allah  menciptakan manusia segambar dan secitra dengan-Nya, artinya manusia menjadi ciptaan Allah yang sangat istimewa. Selayaknya kita hidup seperti pribadi Allah yang Mahabaik, Mahamulia, walau itu tidak mudah dilaksanakan namun harus kita upayakan. Di akhir peziarahan nanti kita pun ingin dikenang dalam kebaikan, karena nama baik lebih berharga daripada harta kekayaan dan emas permata.

Marilah berusaha terus belajar dalam kehidupan. Belajar untuk hidup baik dan menghindari yang buruk. Terus belajar hidup dari Sang Guru sejati yaitu Yesus. Belajar taat sebagai murid dengan nama yang baik.


Doa :

Bapa yang Mahabaik, terima kasih untuk sabda-Mu yang kami baca dan renungkan hari ini. Belajar dari Zakharia dan Elisabet, pasangan yang taat dan setia, menjaga nama baik sebagai orang pilihan-Mu, kami pun ingin meninggalkan nama baik dengan perbuatan-perbuatan kami yang baik dan benar, yang akan menjadi tanda dan warisan yang dikenang dengan baik. Arahkanlah hati dan kehendak kami untuk terus berusaha dan belajar mengusahakan yang baik dan benar selaras dengan kehendak-Mu. Nama-Mu kami puji, kini dan senjang masa. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang