(Renungan) Panggilan Allah, Misi Manusia

Panggilan Allah, Misi Manusia
(Patricia B.Y.)


Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;”
(Kej. 12 : 1)


Kalender Liturgi Senin, 26 Juni 2023
Bacaan Pertama : Kej. 12 : 1-9
Mazmur Tanggapan : Mzm. 33 : 12-13, 18-19, 20, 22
Bacaan Injil : Mat. 7 : 1-5


Anak semata wayang ini adalah anak keponakan saya, putri tunggal dari sebuah keluarga sederhana. Ia mempunyai mimpi menjadi seorang dokter. Tiada mimpi lain yang ia inginkan. Panggilannya begitu kuat, hingga tak seorang pun bisa membelokkan cita-citanya, bahkan kedua orang tuanya. Kedokteran bukanlah sekolah yang mudah dan murah. Berbagai info tentang beasiswa kuliah kedokteran pun ia kumpulkan. Ada satu info menarik tapi berat, yaitu kuliah kedokteran yang memberikan dukungan penuh untuk sekolah dan biaya hidup hingga lulus menjadi dokter dan prajurit TNI di salah satu universitas milik negara di Bogor. Berat karena selama masa kuliah ia harus tinggal di asrama militer dengan peraturan ketat. Hal terberat yang ia hadapi adalah berpisah dengan orang tua yang begitu akrab dengannya. Namun ia persembahkan cita-citanya pada Tuhan, dan ia imani Tuhan akan menolong dan membuka jalan.

Test pengetahuan, fisik dan mental menjadi prasyarat masuk universitas tersebut. Bersama puluhan ribu pesaing, dalam rentang waktu dan masa karantina yang cukup panjang, akhirnya Tuhan memampukannya menyelesaikan semua test dan ia berhasil diterima di Fakultas Kedokteran Militer universitas tersebut.

Firman Tuhan hari ini memerintahkan Abram untuk pergi dari negerinya, sanak saudaranya dan dari rumah bapanya menuju tanah yang dijanjikan-Nya. Firman ini menguji iman Abram, apakah ia bisa meninggalkan tanah kelahirannya dan keluarganya, dengan rela, untuk mengikuti panggilan Allah dan percaya saja pada-Nya. Iman yang kuat memang harus berani mengandalkan Tuhan dalam segala situasi. Apa yang tampak mustahil, bila berserah kepada Tuhan, akan terlewati dengan baik.

Tidak adanya cita-cita kedua dari remaja putri tersebut saya pahami sebagai panggilan Allah. Dengan segala usaha dan keterbatasannya, ia harus meninggalkan yang ia sayangi yaitu orang tua, rumah, dan kebebasan masa remaja, untuk suatu panggilan misi di masa depan. Tuhan telah menunjukkan tempat di mana dia harus belajar.

Bisakah kita hanya percaya dan mengandalkan-Nya saja dengan meninggalkan zona nyaman kita untuk memenuhi panggilan-Nya?


Doa:

Allah Bapa yang baik, Engkau memberi misi kepada setiap ciptaan-Mu di dunia ini. Mampukan kami untuk dapat memahami, menjalani, dan menyelesaikan misi/panggilan-Mu tersebut, hingga akhirnya kami layak mempersembahkannya kepada-Mu. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang