(Renungan) Para Pelayan Kristus

Para Pelayan Kristus
(Thomas Hari Hartanto)


Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.
(Mat. 5 : 39)


Kalender Liturgi Senin, 19 Juni 2023
Baaan Pertama :  2 Kor. 6 : 1-10
Mzm.Tanggapan : Mzm. 98 : 1, 2-3ab, 3cd-4
Bacaan Injil : Mat. 5 : 38-42

      
Bagi orang yang memang pada dasarnya tidak menyukai iman Kristen, ajaran Tuhan seperti tertulis di atas sering dijadikan dasar untuk melakukan bullying kepada orang Kristen dengan mengatakan bahwa orang Kristen itu diajarkan untuk bersikap apatis dan bahkan cenderung fatalistic dalam menghadapi persoalan. Tuduhan itu dapat dipahami ketika ajaran itu dilepaskan dari konteksnya.

Konteks ajaran Tuhan itu adalah sikap batin yang harus diambil ketika melaksanakan perintah-Nya untuk mewartakan Injil. Yakni agar memilih jalan pengampunan daripada pembalasan, memilih kesabaran daripada kemarahan, murah hati dan lepas bebas terhadap kepemilikan duniawi, menghindari kekerasan dan paksaan serta lebih mengutamakan kelemah-lembutan.
           
Dalam konteks yang lain Tuhan Yesus memberi makna yang berbeda. Ketika Ia di hadapan Imam Besar Hanas lalu ditampar oleh seorang pengawal, Ia berkata: “Jikalau kata-Ku itu salah tunjukkanlah salahnya, tetapi jika kata-Ku itu benar, mengapakah Engkau menampar Aku?” dan Ia tidak memberikan pipinya yang lain untuk ditampar.
           
Jadi dalam hal yang pertama konteksnya adalah menanamkan sikap batin sebagai pelayan Kristus untuk memenangkan hati manusia. Bukan dengan menguasai melainkan melayani, demi sebuah tujuan yang jauh lebih tinggi yaitu kehidupan abadi bersama Kristus.
            
Meskipun tidak mudah, ajaran Tuhan itu bukanlah sesuatu yang tidak mungkin dapat dilaksanakan. Sepanjang sejarah Gereja, tak terhitung para martir yang telah mengosongkan dirinya dan menyerahkan nyawanya demi Injil Suci seperti yang telah diajarkan Tuhan Yesus.
             
Beberapa diantaranya: Maximilianus Kolbe yang menggantikan posisi seorang tawanan lain yang akan dihukum mati, karena tidak tega melihat tawanan itu yang selalu menangis dan berteriak menyerukan nama anak-anak dan istrinya. Fransiscus Xaverius meninggalkan kehidupan bangsawan kaya demi mewartakan Injil di Asia dan akhirnya wafat di China, jauh di rantau. Pastur Damian yang merawat orang-orang kusta dengan tidak menghiraukan kesehatannya sendiri, sehingga akhirnya harus meninggal karena tertular kusta.
              
Mereka itulah para pelayan Kristus yang sejati, yang buah pelayanannya telah menyuburkan pertumbuhan Gereja sepanjang masa. 


Doa: 

Ya Tuhan, lindungilah Gereja-Mu yang kudus, dan bimbinglah para gembala kami. Berilah kebijaksanaan agar dapat mengambil arah yang benar yang harus ditempuh Gereja-Mu  dalam setiap langkahnya. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang