(Renungan) Hidup Bersama Tanda

Hidup Bersama Tanda
(Carla Claresta)


Berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus, 
“Guru, kami ingin melihat suatu tanda daripada-Mu”
(Mat 12:38)


Kalender Liturgi Senin, 24 Juli 2023
Bacaan  Pertama : Kel. 14 : 5-18
Mazmur Tanggapan : Kel. 15 : 1-2, 3-4, 5-6
Bacaan Injil : Mat. 12 : 38-42


Setiap awal tahun ajaran, uang sekolah selalu naik. Kala kelas 3 SMP aku mengajukan keringanan uang sekolah, kepala sekolah mengusahakan mencari orang tua asuh, dan aku memperolehnya. Satu tahun kemudian, saat akan melanjutkan SMA, aku memilih sekolah dengan pemandangan mobil parkir berjejer di jalan depan sekolah. Suatu isyarat biaya sekolah ini lebih mahal. Mama sempat berkata, “Jangan sekolah di situ, tidak sanggup bayarnya”, tapi dalam hati aku berkata, “Jangan kalah sebelum perang.” Hasilnya, uang masuk mendapat pengurangan 50%, dicicil selama setahun, uang sekolah ada donatur sehingga hanya membayar 30%. Hingga kini aku tidak mengetahui siapa orang yang telah membantu membayar uang sekolahku dari 3 SMP hingga lulus SMA.

Injil hari ini berkisah tentang orang Farisi dan ahli Taurat yang meminta tanda dari Allah, meski telah melihat berbagai mukjizat yang dibuat Yesus. Bagi mereka pengajaran, pernyataan bahkan mukjizat yang dibuat Yesus belum cukup untuk membuktikan bahwa Yesus, Anak Allah. Tidaklah cukup bagi mereka, peristiwa saat Yesus dibaptis dan Allah menyatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan”. Mereka ingin melihat Allah sendiri yang membuat mukjizat dan menyatakan bahwa Yesus adalah Anak-Nya serta Allah yang telah berkarya dalam diri Yesus. 

Kita sering meminta mukjizat dari Tuhan, minimal melihat. Seperti apakah? Seperti kisah dalam Kitab Suci-kah? Allah berbicara kepada Abraham, Samuel, atau hadir dalam rupa api? Para ahli Taurat dan orang Farisi, tidak menyadari atau mengakui tanda yang dibuat Yesus dalam keseharian hidup mereka. Tanda dari Allah acap terjadi dalam kehidupan, tanpa disadari. Ia memberi melalui orang-orang sekitar. Hanya rasa syukur, kerendahan hati serta menyadari keterbatasan, kita mampu  merasakan tanda itu. Maukah kita menyadarinya? Kesadaran kadang memerlukan waktu, tidak serta merta saat terjadi tanda, aku pun demikian. Beberapa tahun kemudian, saat merefleksikan perjalanan hidup, aku menyadari selama ini hidup bersama tanda. Banyak tanda dari Allah dalam hidupku, diberikan melalui sesama. 


Doa:

Allah Bapa yang Mahakasih, Engkau tidak pernah lupa memperhatikan umat-Mu. Kami ingin selalu berada di dekat-Mu agar kami selalu menyadari tanda-tanda yang telah Engkau berikan pada kami. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang