(Renungan) Kesempatan untuk Melayani

Kesempatan untuk Melayani
(Irene Sri Handayani)


Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat."
(Mat. 20 : 22)


Kalender Liturgi Selasa, 25 Juli 2023
Pesta Santo Yakobus Rasul
Bacaan Pertama : 2 Kor. 4 : 7-15
Mazmur Tanggapan : Mzm. 126 : 1-2ab, 2cd-3, 4-5, 6
Bacaan Injil : Mat 20:20-28


Banyak orang berupaya memperebutkan kedudukan  atau  jabatan. Mereka berharap menjadi pemimpin sehingga mempunyai kekuasaan di tangannya. Sebagai orang beriman apakah kita boleh memperebutkan jabatan pemimpin? Tentu saja boleh. Apalagi jika kita mempunyai talenta untuk menjadi pemimpin. Kita dapat mengembangkan talenta itu dengan menjabat sebagai pemimpin di masyarakat.

Namun harus diingat, jabatan atau kedudukan ini digunakan untuk tujuan apa. Yesus mengajarkan bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Dengan cara melayani kepentingan yang lemah dan tersingkir, berkorban tenaga, waktu, uang bahkan perasaan  demi  kesejahteraan dan keselamatan banyak orang.

Duduk dalam kepengurusan gereja seperti Lingkungan, Wilayah, Paroki dan sebagainya adalah kesempatan untuk terlibat dalam karya Tuhan mewartakan keselamatan Allah. Maka kita harus mempunyai kesediaan meminum cawan Yesus  dengan menanggung penderitaan  dari pelayanan tersebut.

Yesus meyakinkan pengikut-Nya bahwa sukses dalam kerajaan-Nya, tidak tergantung pada prestise dan kuasa, melainkan pada mengikuti jalan-Nya.

Yesus datang untuk melayani dan pelayanan-Nya kepada manusia adalah dengan merendahkan diri-Nya dan taat pada kehendak Bapa sampai Dia wafat dengan rela di kayu salib.

Salib kehidupan tidak perlu dicari. Dia akan datang dengan sendirinya. Memang tidak mudah mencerna ajaran memanggul salib. Itulah sebabnya Yesus berulang kali berbicara tentang memanggul salib daripada kursi kekuasaan. 

Salib adalah tanda kasih Allah. Kasih Allah yang menghidupkan, bukan mengenai kekuasaan. Salib memang mendatangkan kesengsaraan, tetapi justru kesengsaraan itulah yang mendatangkan kehidupan.

Aku teringat pada seorang teman yang sangat setia melayani umat di suatu perumahan yang baru berkembang. Di sana belum terbentuk satu lingkungan pun. Dengan motor bututnya, cuaca panas dan hujan, tidak menyurutkan langkahnya untuk mendatangi warga yang memerlukan bantuan. Mulai pelayanan doa, mencarikan pastor untuk memberikan Sakramen Perminyakan bahkan membimbing untuk pembentukan kepengurusan lingkungan. Temanku telah menampilkan kasih Allah melalui pelayanannya.

Apakah aku dapat sungguh-sungguh melayani orang lain sebagai wujud kasihku kepada Tuhan dan sesama? Maukah aku belajar rendah hati dan sabar seperti Yesus?


Doa :

Tuhan yang Maha Pengasih, berilah aku kekuatan untuk mengasihi dan melayani sesamaku yang membutuhkan. Bukalah hati kami agar selalu bersandar pada-Mu. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang