(Renungan) Pilihan Menjadi Murid Kristus

Pilihan Menjadi Murid Kristus
(FX. Didiwiria Salim)


"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; 
Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang” 
(Mat. 10 : 34)


Kalender Liturgi Senin, 17 Juli 2023
Bacaan Pertama : Kel. 1 : 8-14, 22
Mazmur Tanggapan : Mzm. 124 : 1-3, 4-6, 7-8
Bacaan Injil : Mat. 10 : 34-11:1


Perikop bacaan Injil memuat banyak ayat kontroversi yang tampak bertentangan dengan ajaran Yesus Kristus sendiri. Bagaimana mungkin Yesus yang kita imani mengajarkan kasih yang membawa damai kepada semua umat manusia, tetapi pada perikop ini seolah-olah mengajarkan kekerasan dengan pedang dan mau memisahkan bahkan memusuhi keluarga kita (ayat 34,35,36). Bisa saja ayat-ayat ini disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab sebagai alat untuk menjelekkan Yesus. 

Saat kita memahami perikop Kitab Suci, tidak boleh hanya mengambil sepotong ayat tanpa memahami konteks ajaran Yesus secara utuh. Konteks bacaan Injil hari ini adalah panggilan menjadi rasul-Nya dan konsekuensi menjadi pengikut-Nya (Mat. 10:1 sampai Mat. 11:1).

Pada Matius 10:1-15 Yesus berbicara mengenai panggilan dan perutusan murid Yesus sedangkan pada ayat 16 sampai dengan Mat. 11:1 Yesus berbicara tentang konsekuensi menjadi murid Yesus. Jadi yang dimaksud pedang dan permusuhan, bukanlah ajaran-Nya namun dampak ketika memilih menjadi murid-Nya.
  
Banyak kisah nyata yang dialami ketika seseorang memilih menjadi umat Kristen, mulai dari jaman para murid sampai dengan sekarang. Sebagaimana dikisahkan oleh seorang yang sebelumnya memeluk agama lain namun memutuskan untuk memilih mengikut Kristus. Seketika itu ia mulai dikucilkan, dimusuhi, bahkan sampai harus menhadapi risiko mempertaruhkan nyawa karena memilih menjadi murid-Nya.

Saya sangat bersyukur, pilihan saya menjadi murid-Nya tidak membuat saya mengalami peristiwa pedang dan permusuhan. Namun konsekuensi lain yang harus berani saya ambil dalam kehidupan ini salah satunya melawan segala keinginan daging dan memilih untuk hidup sesuai dengan ajaran-Nya. Ini bukan perkara gampang. Saya juga dituntut untuk melayani Tuhan dalam konteks yang nyata dengan memberi “air sejuk” dengan melayani umat yang kecil dan terpinggirkan (ayat 42).


Doa:

Ya Tuhan kami mohon, agar Engkau senantiasa menuntun kami untuk setia dan tabah dalam melayani Engkau dan sesama sebagai konsekuensi menjadi umat-Mu. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang