(Renungan) Dendam dan Gengsi

Dendam dan Gengsi
(FX. Didiwiria Salim)


Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, 
tetapi tidak dapat 
(Mrk. 6 : 19)


Kalender Liturgi Selasa, 29 Agustus 2023
PW. Wafatnya St. Yohanes Pembaptis
Bacaan Pertama : Yer. 1 : 17-19
Mazmur Tanggapan : Mzm. 71 : 1-2, 3-4a, 5-6ab, 15ab, 17
Bacaan Injil : Mrk. 6 : 17-29


Perikop Injil pada Peringatan Wajib wafatnya St. Yohanes Pembaptis, menceritakan kisah yang tragis ketika rasa dendam dan gengsi menjadi satu. Perasaan dendam kesumat yang dipendam oleh Herodias kepada Yohanes (Mrk. 6:19) disatukan dengan gengsi seorang raja untuk menjaga ”sabda”nya (Mrk. 6:26) menyebabkan peristiwa pembunuhan yang sangat keji terhadap St. Yohanes Pembaptis yang tidak bersalah.

Alkisah seorang pemuda bekerja sebagai pegawai rendahan di sebuah perusahaan minyak terkemuka di Arab. Suatu hari dia merasa sangat kehausan karena hari sangat panas, dan melihat ada satu botol air di meja yang ditinggal oleh pemiliknya. Ketika ia akan meminumnya, seseorang berteriak ”Hei, jangan kau minum air itu karena air itu khusus untuk insinyur” kata seorang bule kepadanya. Betapa marah dan sangat sakit hatinya ketika mendengar teriakan itu, dan dia bergumam apakah karena aku pegawai rendahan tidak boleh minum air segar.

Namun peristiwa itu tidak membuatnya menjadi pendendam dan berusaha untuk membunuh bule itu, melainkan menjadikannya sebagai motivasi untuk bekerja lebih giat lagi. Hinaan tidak melahirkan dendam dan dosa, melainkan menjadikan ”trigger point” yang mencambuk dia untuk bekerja lebih giat di siang hari dan malam hari melanjutkan pendidikan sehingga ia bisa menjadi orang sukses. Ia berhasil mendapat beasiswa dari tempatnya bekerja dan mengenyam pendidikan lanjutan di luar negeri dan singkat cerita ia pun menjadi salah pimpinan perusahaan Aramco (Arabian American Oil Company). Inilah kisah nyata dan inspiratif dari Ali bin Ibrahim Al-Naimi.

Berbekal dari kisah di atas masihkah kita mau menyimpan dendam terhadap seseorang atau peristiwa yang menyakitkan hati kita? Atau sebaliknya kita mempunyai ketulusan untuk menerima dan  memaafkan dan menjadikannya cambuk untuk memperbaiki diri? Pilihan ada kepada kita, namun kita mengetahui memyimpan dendam banyak mengisahkan ”dosa-dosa” selanjutnya yang akan terjadi. Sebaliknya rekonsiliasi melahirkan banyak kebaikan berikutnya.


Doa :

Ya Tuhan ajari aku untuk selalu dapat memaafkan atas peristiwa yang menyakitkan dalam hidupku. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang