(Renungan) Mengejar Hidup Kekal

Mengejar Hidup Kekal
(Rita Clara)


‘’Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan 
berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, 
kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” 
(Mat 19:21)


Kalender Liturgi Senin, 21 Agustus 2023
PW Santo Pius X, Paus
Bacaan Pertama : Hak. 2 : 11-19
Mazmur Tanggapan : Mzm. 106 : 34-35, 36-37, 39-40, 43ab.44
Bacaan Injil : Mat. 19 : 16-22


Hari ini merupakan peringatan wajib Santo Pius X, seorang Paus. Pesan akhir sebelum ia berpulang adalah “Saya dilahirkan miskin, saya telah hidup miskin, dan saya ingin mati secara miskin pula.”

Sebaliknya, dalam bacaan Injil hari ini disampaikan ada seorang yang ingin memperoleh kehidupan kekal datang kepada Yesus, namun karena hartanya banyak, ia pergi dengan sedih.

Kita dikelilingi oleh orang-orang beriman. Mereka terlihat seperti mengejar kehidupan kekal yang mencari pegangan akan panduan untuk memperolehnya, sama seperti orang yang dibicarakan Yesus dalam Injil hari ini. Kecenderungannya, bila ada yang mereka bisa lakukan untuk mendapat jaminan kehidupan kekal, mereka akan berjuang melakukannya; misalnya bersedekah, menjadi aktivis dalam banyak pelayanan, dan melakukan 10 perintah Allah serta ajaran Gereja lainnya.  Walau tidak mudah, tapi masih bisa diusahakan pelaksanaannya.

Seorang sepupu non-Katolik yang pernah tinggal bersama keluarga saya untuk waktu yang cukup lama, ia menjadi rajin ke gereja dan mau ikut dalam kegiatan rutin lingkungan.  Akhirnya ia minta dibaptis secara Katolik karena merasa ada kedamaian dalam hatinya, menurutnya ia telah mendapatkan apa yang ia cari. Namun, ia ternyata dipersiapkan untuk menerima warisan dari ayahnya yang non-Katolik, dan akhirnya memutuskan untuk tidak lagi tinggal bersama kami dan ia pun meninggalkan iman Katoliknya.  Ia berpendapat bahwa ia masih bisa melakukan kegiatan rohani sesuai iman ayahnya. 

Saat ini tidak ada kenalan atau pun saudara saya yang bersedia menjadi miskin untuk mendapatkan kehidupan kekal, tapi banyak yang mau berlelah-lelah memberikan waktu dan tenaganya untuk tugas pelayanan. Apakah perjuangan ini akan membawa ke suatu proses untuk lebih mengenal dan mengasihi Allah juga sesama?  Atau malah sering dikecohkan oleh masalah yang menyentuh kehendak pribadi, harga diri dan egoisme sehingga mudah tercipta konflik?

Apakah kegiatan rohani kita semakin memurnikan niat dan motivasi untuk hidup bersama Allah dan sesama apa pun konsekuensinya atau malah menjadi sarana untuk memuaskan hati kita?


Doa:

Allah Bapa yang  penuh belas kasih. Berilah kami rahmat kepekaan akan kasih-Mu sehingga mampu menggerakkan kami untuk juga berbelas kasih terhadap sesama.  Ampuni kami yang masih sering lekat akan hal-hal duniawi. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang