(Renungan) Memandang dan Memilihnya



Memandang dan Memilihnya
(Bernardus Hardijantan, Pr)


“Jadi, pergilah dan pelajarilah arti firman ini: 

Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan.”

(Mat. 9 : 13a)



Kalender Liturgi Kamis, 21 September 2023

Pesta St. Matius, Rasul dan Penulis Injil

Bacaan Pertama : Ef. 4 : 1-7, 11-13

Mazmur Tanggapan : Mzm. 19 : 2-3, 4-5

Bacaan Injil : Mat. 9 : 9-13



Saat Matius dipanggil oleh Yesus, ia sedang duduk di tempat pemungutan cukai. Panggilan “Ikutlah Aku” ditanggapinya dengan bangkit dan mengikuti Yesus. Begitulah Yesus memanggil para murid-Nya, bukan dalam keadaan menganggur, melainkan sedang bekerja. Matius duduk, ia duduk bukan sedang berleha-leha, melainkan sedang “berhitung”. Ia bukan hanya sedang berhitung soal uang pajak, melainkan sedang berhitung-hitung untuk mengikuti Yesus. Matius sudah terkagum-kagum pada nama Yesus yang mulai terkenal karena pengajaran dan daya-daya penyembuh Ilahi-Nya. Tidak heran, ia langsung bangkit dan segera ikut Yesus. 

Lalu, pesta pun diselenggarakan. Ada makan bersama di rumah Matius. Berkumpullah di rumah itu banyak pemungut cukai dan orang berdosa. Pesta itu penuh semarak, namun orang Farisi penuh tanya dan marah. “Mengapa Gurumu makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa?” Kepada orang Farisi, Yesus memberi pengajaran, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.” Lalu, “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan.” 

Paus Fransiskus yang terpilih sejak tanggal 13 Maret 2013 menggantikan Paus Benediktus XVI mengambil motto kepausannya Miserando atque Eligendo, yang artinya memandang dengan kerahiman dan memilihnya. Motto itu diambil dari khotbah Santo Beda yang merujuk pada perikop panggilan Matius si pemungut cukai. Motto itulah yang menjadi visi dan misi kepausannya. Itulah pula yang menjadi perjalanan hidup spiritual Paus Fransiskus, menawarkan belas kasihan Allah kepada dunia. 

Bagi Paus kisah panggilan Matius itu amat berkesan. Saat Yesus memanggil Matius, mata-Nya terasa sejuk. Ia tatap Matius yang duduk “berhitung” itu dengan penuh belas kasihan. Mata dunia melihat Matius yang duduk itu penuh dosa, pekerjaannya kotor, dan hidupnya penuh tumpukan kekayaan yang tidak halal. Namun, mata Yesus berbeda. Matius mengalami dikasihi oleh Allah. 

Sekarang, periksalah pandangan kita pada orang-orang lain. Adakah memandang dengan penuh belas kasihan ataukah memandang dengan sinis? Cara kita memandang, itulah visi dan misi hidup kita. 


Doa:

Tuhan Yesus, Engkau memandang dengan penuh kesejukan, pandangan yang tidak membuat orang terzolimi dan dihakimi. Pandangan-Mu penuh dengan belas kasihan untuk memilih Matius menjadi pengikut-Mu. Tuhan semoga kami memiliki mata seperti Engkau memandang, bukan pandangan sinis, apalagi menghakimi, melainkan mata penuh belas kasihan. Amin.  





https://www.nationalshrine.org/wp-content/uploads/image2-3.jpeg







Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang