(Renungan) Via Dolorosa - Seberapa Sering Kita Hindari?

Via Dolorosa - Seberapa Sering Kita Hindari ?
(Isye Iriani)


“Dengarlah dan camkanlah segala perkataan-Ku ini: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia."
(Luk. 9 : 44)


Kalender Liturgi Sabtu, 30 September 2023
Bacaan Pertama : Za. 2 : 1 - 5, 10 - 11a
Mazmur Tanggapan : Yer. 31 :10, 11 - 12ab, 13
Bacaan Injil : Luk. 9 : 43b - 45


Teks ini bagian dari pengajaran Yesus kepada para murid sebelum perjalanan terakhir-Nya ke Yerusalem. Pesan tentang konsekuensi rohaniah dan fisik bagi-Nya untuk membayar dosa seluruh umat manusia akibat ketidaksetiaan terhadap Tuhan. Kalau saat itu murid-murid Yesus tidak mengerti akan “Via Dolorosa” (jalan penderitaan Tuhan), bisa dipahami, karena  orang Yahudi jaman itu menganggap Mesias  adalah pembebas bangsa Yahudi dari penguasa Romawi.
 
Menjadi aneh, kalau jaman sekarang sebagai murid Yesus, kita masih alergi dengan jalan salib, “Via Dolorosa”, lebih parah lagi kalau  yang dipilih malah “jalan pintas.”

Pernyataan Presiden Joko Widodo baru-baru ini, menginspirasi saya untuk memahami arti memenangkan perjuangan lewat “Via Dolorosa.” Berikut penggalan pernyataannya:  “Saya Joko Widodo tidak apa-apa kalian hujani dengan hujatan, dengan caci makian, sampai muntah darah pun, saya akan tetap di sini. Saya Joko Widodo tidak apa-apa, kalian benci, walau kebencian kalian mandarah daging di tubuh kalian, saya sejengkal pun tidak akan berubah, untuk tetap disini. Saya tidak takut sama manusia hidup di bumi ini, mau itu orang pribumi atau orang luar sekalipun. Tapi yang saya takut kan kalau saya menjadi Presiden tidak amanah buat seluruh rakyat Indonesia. Hanya itu yang saya takutkan. Dan yang lebih saya takuti lagi hanya kepada Sang Pencipta langit dan bumi ini.”

Maka nurani saya bertanya, “Bagaimana integritas pribadi kamu yang mengaku anak Tuhan? Jangan sampai garam menjadi tawar” (Mat. 5:13). Tugas kita menjadi garam dan terang dunia, seperti sifatnya, garam larut dalam bagian apa pun yang di asinkannya, dan terang memberikan cahaya pada sekitarnya. Keduanya berdaya guna untuk orang lain, tanpa terlihat. Ini tentang melepaskan egoisme.

Sejatinya mengikuti Yesus adalah penyangkalan diri, dan pemikulan salib. Kesetiaan menjalankan perintah-Nya dan keikhlasan  melaksanakan “kasih Via Dolorosa” memang  jalan yang tidak mudah, saya hanya mampu berusaha sambil terus meminta kekuatan pada-Nya.


Doa :  

Tuhan aku mau duduk diam, memeriksa diri apa aku hanya mau berkat dan mukjijat-Mu. Sesungguhnya aku mau menerima undangan “jamuan makan malam-Mu”. Duduk di bawah kaki-Mu agar aku bisa mengenal-Mu dengan lebih baik dalam doa dan terang firman-Mu. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang