(Renungan) Celakalah Kamu!

Celakalah Kamu!
(Taruna Lala)
 

”Celakalah kamu, sebab kamu membangun makam nabi-nabi, 
tetapi nenek moyangmu telah membunuh mereka.”
(Luk. 11:47)

 
Kalender Liturgi Kamis, 19 Oktober 2023
Bacaan Pertama : Rom. 3 : 21-30
Mazmur Tangggapan : Mzm. 130 : 1-2, 3-4b, 4c-6
Bacaan Injil : Luk. 11 : 47-54


Apa reaksi orang bila ada yang berkata, ”Celakalah kamu!”? Ada yang menjadi marah, benci, terhina. Ada yang bertindak agresif dan menunggu waktu untuk membalas, seperti ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi pada masa Yesus hidup. Atau tidak peduli karena menganggap itu hanya sebuah perkataan saja, seperti bangsa Israel ketika mendapat peringatan dari nabi-nabi agar berbalik kembali kepada Allah. Ada pula yang menjadi takut, mawas diri dan kemudian bertobat seperti orang-orang Niniwe di kisah nabi Yunus.

Orang-orang tentu masih ingat saat Yesus menegur roh jahat dari seorang anak yang sakit, di mana anak itu kemudian sembuh. Atau saat Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa. Atau saat anak Yairus yang sudah mati itu bangkit berdiri setelah Yesus berkata, ”Hai anak, bangunlah”. Atau saat seorang kusta disembuhkan karena Yesus mengatakan, “Aku mau dan jadilah engkau tahir” dan banyak hal lainnya. Kata-kata yang keluar dari Yesus sangat berkuasa. Sehingga ketika Yesus mengucapkan kata celakalah, bukankah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat seharusnya paham, karena mereka memiliki pengetahuan mengenai Allah dan mengajarkan orang-orang untuk melakukan kehendak Allah seperti yang tertera dalam Taurat? Mendengar perkataan celaka dari Yesus, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menjadi terhina dan terus-menerus membanjiri dan memancing-Nya dengan soal-soal agar dapat menangkap Yesus berdasarkan perkataan-Nya.

Apakah Yesus ingin orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat celaka? Tentu tidak, karena Yesus sangat berbelas kasih. Terbukti saat di salib, Yesus berkata,  “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Inilah kabar gembira, bahwa bila kita berdosa, Allah masih memberikan teguran dan ini artinya masih ada kesempatan untuk bertobat. Mungkin ada leluhur kita atau kita sendiri yang mencelakai dan membunuh orang-orang benar dan tidak bersalah, semoga kita masih mendapat teguran Allah dan marilah kita tidak mengeraskan hati melainkan bertobat!


Doa :

Bapa, terima kasih atas teguran-Mu. Semoga celaka ini berubah menjadi berbahagia dengan pengantaran Kristus, Tuhan kami yang bersama Bapa dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa. Amin.
 

https://www.mirifica.net/wp-content/uploads/2017/10/Yesus-mengecam-kepalsuan-dan-kemunafikan.jpg



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang