(Renungan) Pehape vs Pengharapan Anak-Anak Allah

Pehape vs Pengharapan Anak-Anak Allah
(Francisca Kurniawati) 


tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan 
kemuliaan anak-anak Allah.
(Rm. 8 : 21)


Kalender Liturgi Selasa, 31 Oktober 2023
Bacaan Pertama : Rm. 8 : 18-25
Mazmur Tanggapan : Mzm. 126 : 1-2ab, 2cd-3, 4-5, 6
Bacaan Injil : Luk. 13 : 18-21


Tahun 2024 nanti tepatnya bulan Februari, kita akan melaksanakan pesta demokrasi yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden yang akan memimpin bangsa Indonesia untuk lima tahun ke depan. Saat ini sudah ada tiga calon presiden yang diajukan oleh partai politik. Di tengah kondisi ekonomi masyarakat kita yang masih belum sepenuhnya pulih akibat pandemi, belum lagi persoalan kemandirian pangan, isu-isu polusi dan juga dampak lingkungan hidup. Tentunya masyarakat memiliki pengharapan yang besar kepada calon pemimpin bangsa Indonesia kelak. Dia haruslah seseorang yang dapat melanjutkan pembangunan yang sudah dicapai saat ini dan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang masih akan dihadapi. Ada calon yang akan menyediakan makan gratis kepada ibu hamil, ada pula yang akan menggratiskan BBM demi menarik dukungan rakyat. Semoga kita jeli memilih pemimpin yang tidak pehape alias pemberi harapan palsu.

Mari kita bandingkan dengan pengharapan yang dijanjikan oleh Allah sendiri. Dalam Roma 8:21, membuat saya merinding membaca ayat ini. Kita yang masih mengembara di dunia ini, yang hidup bergulat dengan penderitaan, barangkali sakit-penyakit, kesulitan ekonomi, beban hidup yang berat, persoalan-persoalan rumah tangga yang belum terpecahkan. Kita diminta oleh Tuhan untuk hidup di dalam pengharapan. Tentunya bukan pe ha pe tetapi pengharapan anak-anak Allah. Yang seperti apakah itu? Yaitu kita akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Luar biasa bukan? Ini betul-betul anugerah dan kasih karunia dari Allah sendiri dan janji Allah adalah ya dan amin, bukan pe ha pe. 

Kondisi ini sama seperti jemaat di Roma, di mana terjadi konflik di dalam jemaat akibat adanya tekanan, baik dari orang Yahudi maupun orang orang Roma sendiri. Untuk itulah Paulus diutus untuk mewartakan keselamatan Allah. Allah akan menyelamatkan semua orang baik bangsa Yahudi maupun non-Yahudi. Apakah kita sungguh mau menerima tawaran keselamatan dari Allah itu? Syaratnya, hiduplah dalam pengharapan anak-anak Allah yaitu hidup seperti Yesus. 


Doa :

Tuhan, terima kasih atas janji keselamatan dan kemerdekaan serta anugerah kemuliaan yang akan kami terima sebagai anak-anak-Mu. Semoga atas dasar iman ini, kami tidak takut untuk  menderita, demi Engkau dan selalu hidup dalam pengharapan sebagai-anak-anak Allah. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang