(Renungan) Standard yang Lebih Tinggi

Standard yang Lebih Tinggi
(Andy W. Wibowo)


“Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, 
sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”
(Mat 5:12)


Kalender Liturgi Rabu, 1 November 2023

Hari Raya Semua Orang Kudus
Bacaan Pertama: Why 7:2-4, 9-14
Mazmur Tanggapan: Mzm 24:1-2, 3-4ab, 5-6
Bacaan Kedua: 1 Yoh 3:1-3
Bacaan Injil: Mat 5:1-12a


Hari ini Gereja memperingati Hari Raya Semua Orang Kudus. Mereka adalah orang-orang yang telah terbukti menjalani hidup dengan kebajikan yang heroik, suci atau kudus, dan kemudian mencapai visiun beatifis atau pandangan yang membahagiakan dengan Bapa di surga. Saya terinspirasi oleh kekudusan hidup François-Xavier Kardinal Nguyễn Văn Thuận (Paman Francis) yang dijebloskan ke penjara tanpa proses pengadilan oleh pemerintah komunis Vietnam Utara, tiga bulan setelah ia diangkat oleh Paus Paulus VI sebagai pembantu Uskup di Keuskupan Agung Saigon. Dalam penjara, Paman Francis mengalami pergumulan. Bagaimana mungkin Allah membiarkan ia dalam usia penuh vitalitas; 48 tahun, berpengalaman di bidang pastoral dan sedang gencar menjalankan pelayanan, dipenjarakan? 

Suatu saat muncul bisikan di hatinya, “Mengapa engkau demikian menyiksa dirimu? Engkau harus membedakan antara Allah dan karya-karya-Nya. Bukankah engkau telah memilih Allah sendiri, bukan karya-karya-Nya?” Setelah itu terjadi dia berubah. Ia menjalani hidup dalam penjara sambil mengasihi orang-orang yang menindasnya. Banyak petugas penjara yang tergugah karenanya, sebagian bahkan tertarik dengan ajaran Kristus. Tiga belas tahun kemudian, yaitu pada 1988 ia dibebaskan dari penjara.

Kaya atau miskin, malang atau untung, adalah realita hidup di dunia. Kekayaan dan keberuntungan tidak selalu membawa kutuk, sama seperti kemiskinan dan kemalangan tidak selalu diikuti berkat. Allah menyelenggarakan hidup kita dengan bijaksana dan penuh kasih. Rencana-Nya bagi kita selalu baik. Akal budi kita yang sempit tidak dapat memahami-Nya.

Dalam injil hari ini, Yesus menunjukkan kepantasan kita untuk berbahagia, bukan mengajak untuk merasa berbahagia atau memberikan arahan supaya nanti bisa berbahagia. Seringkali disposisi batin kita bergantung pada kaya-miskin, untung-malang. Kita lupa bahwa itu semua adalah karya-karya-Nya. Yesus mengajak kita untuk berani mengambil standard yang lebih tinggi dari standard dunia, mengarahkan hati bukan hanya kepada karya-karya-Nya, tetapi kepada yang memberikannya. Menjalani hidup dengan mengarahkan pandangan hanya kepada Allah adalah langkah pertama untuk mencapai kekudusan. Semoga menjadi awal bagi langkah kita selanjutnya menuju ke kehidupan seperti para kudus.


Doa :

Allah yang kukasihi, ampunilah kami yang sering tidak mengindahkan kehadiran-Mu. Kami mohon, melalui kuasa Roh Kudus, curahkanlah rahmat-Mu atas hati kami agar kami dengan berani dapat berdoa seperti Bunda Maria “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu.” Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang