(Renungan) Jiwa yang Menangis

Jiwa yang Menangis
(Twiggy)


Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan
(Luk. 19 : 43)


Kalender Liturgi Kamis, 23 November 2023
Bacaan Pertama : 1 Mak. 2 : 15-29
Mazmur Tanggapan: Mzm. 50 : 1-2, 5-6, 14-15
Bacaan Injil : Luk. 19 : 41-44 


Kabar duka setiap hari berkumandang dari rumah sakit-rumah sakit di Gaza. Seruan  kemanusiaan terus dilontarkan oleh berbagai pihak, agar perang segera dihentikan. Berita di media sosial sarat dengan suasana haru dan kesedihan mendalam. Orang tua kehilangan anak dan anak-anak yang mendadak jadi yatim piatu. Sungguh kejadian yang memilukan hati. Perang memang tidak membawa kebahagiaan, apa pun tujuannya. Semua orang emosional, menangis mengalami kejadian ini. Jangankan yang mengalami, yang menyaksikan pun merasa sedih dan emosional. 

Menangis  terjadi karena  berbagai sebab. Terkadang kita menangis ketika sangat bahagia, takut, atau stres. Di Yale University, para peneliti percaya bahwa menangis membantu mengembalikan keseimbangan emosional. Ketika kita sangat bahagia atau takut tentang sesuatu dan menangis, itu cara tubuh untuk pulih dari emosi kuat. 

Yesus menangisi Yerusalem. Yesus sangat mengasihi Yerusalem dan tahu apa yang akan terjadi dengan kota ini. Yesus tahu bahwa akan datang harinya, “bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan”  (Luk.19:43).  Tangisan Yesus memiliki banyak makna. Yesus tidak hanya sedih melihat Yerusalem yang sekarang, tetapi juga karena seluruh sejarah keselamatan yang telah terjadi. Sepanjang sejarah keselamatan itu, Allah mengutus para nabi untuk mengingatkan umat-Nya agar bertobat dan kembali kepada jalan yang benar. Namun umat-Nya tetap menjauh dan bahkan membunuh para nabi. Pada akhirnya, Yesus sebagai Mesias harus mati di salib oleh umat-Nya Israel. 

Kita pun sering membuat Yesus bersedih dan menangis. Berapa banyak dari kita yang selalu saja kembali ke jalan yang salah. Berkali-kali Tuhan mengirim orang-orang untuk menyadarkan kita, berkali-kali kita mendengarkan homili romo di gereja, berkali-kali pula kita menolak ajakan tersebut. Kita cenderung melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran-Nya. Kesibukan kita, berpotensi menjauhkan kita dari Tuhan. Marilah kita senantiasa berusaha menyenangkan hati Tuhan kita, Yesus Kristus dan  mendekat kepada-Nya.


Doa : 

Allah Bapa yang Maharahim. Bimbinglah kami, agar senantiasa dekat kepada-Mu. Walaupun kami mengalami masa-masa hidup yang sulit dan stres, kami mampu terus bergantung pada-Mu dan semakin mengandalkan-Mu sampai akhir hidup. Amin.

https://renunganhariankatolikvideo.files.wordpress.com/2016/11/edcf8-yesus2bmenangisi2byerusalem.jpg

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang