(Renungan) Kerendahan Hati Seorang Hamba

Kerendahan Hati Seorang Hamba
(July Tikilie)


Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.
(Luk. 17 : 10)


Kalender Liturgi Selasa, 14 November 2023
Bacaan Pertama : Keb. 2 : 23 - 3 : 9
Mazmur Tanggapan : Mzm. 34 : 2-3, 16-19
Bacaan Injil : Luk. 17 : 7-10


Suatu saat saya pernah ditanya oleh seseorang yang  sudah saya anggap dekat seperti keluarga. Saya mengenal orang tersebut cukup lama dalam pelayanan. Pertanyaan yang sangat mengagetkan yang tidak pernah saya sangka keluar dari mulutnya, ”Emang kamu siapa, mengatur-ngatur hidup saya?” Kata-kata ini sungguh menyakitkan hati dan membuat saya sangat sedih. Saya menyadari kesalahan saya dan meminta maaf atas apa yang telah saya lakukan. Tapi mungkin karena kesalahan saya dianggap sangat mengganggu dirinya hingga saya “dicampakkan”.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan saya dan anda, bahwa kita hanya hamba Tuhan yang tak berguna. Bukan karena jasa kita, bukan karena hebat dan kuat kita, tetapi oleh kasih karunia-Nya semata kita dipilih untuk menjadi anak-anak-Nya. Pada saat kita dipilih, kita harus siap diutus dan siap membayar harga, termasuk tidak “dianggap” atau “disingkirkan” orang. Yakinlah, bila kita datang dengan hati yang murni untuk memberi kesaksian hidup dan memberitakan kasih yang telah kita terima dari Allah, pasti Allah turut bekerja untuk mendatangkan berkat dan kebaikan bagi orang yang mengasihi-Nya. Lakukan saja semua yang menjadi bagian kita. Tuhan sendiri yang nanti akan menyempurnakannya. 

Dalam hal berbuat untuk tuannya, seorang hamba selalu menomorsatukan tuannya. Misalnya melayani makan, pakaian dan apa pun yang diperintahkan, dia akan mengikuti kemauan tuannya. Sebaliknya, untuk kepentingan dirinya sendiri misalnya uang, makanan, pakaian dan sebagainya biasanya selalu belakangan. Hal-hal ini tentu akan sangat sulit dijalani dengan gembira, kalau hamba tersebut tidak mempunyai kerendahan hati. 

Kita bisa meneladani Tuhan Yesus yang selalu sederhana. Yesus tidak pernah menampakkan ke ‘AKU’an-Nya padahal Ia adalah anak Allah. Ia selalu tampil apa adanya dan selalu merendahkan diri sampai rela wafat di kayu salib. Bisakah kita seperti Tuhan Yesus yang memiliki teladan kerendahan hati dalam melakukan apa pun demi Bapa yang mengutus-Nya?
Semoga, kita dimampukan untuk menempatkan diri sebagai hamba satu sama lain dan saling melayani dengan semangat kerendahan hati.


Doa:

Tuhan, ajari kami untuk berani membayar harga dan melayani Engkau dengan segala kerendahan hati dan kejujuran. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang