(Renungan) Kesembuhan Iman

Kesembuhan Iman
(Celestinus Hudianto) 


Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: ”Yesus, Guru, kasihanilah kami!” 
(Luk. 17 : 12-13)


Kalender Liturgi Rabu, 15 November 2023
Bacaan Pertama : Keb. 6 : 1-11
Mazmur Tanggapan : Mzm. 82 : 3-4, 6-7
Bacaan Injil : Luk. 17 : 11-19

Ayat di atas berhubungan dengan kesembuhan bagi orang yang dalam keadaan najis. Kisah ini menampilkan sepuluh orang berpenyakit kusta, yang secara harafiah dimaknai sebagai penyakit lepra. Dalam budaya Yunani kuno, penyakit kusta dikaitkan dengan kenajisan. Kesepuluh orang tersebut memohon dengan menyebut nama Yesus, karena mereka percaya nama Yesus mengandung kekuatan khusus. Selain disertai seruan pelengkap, "Yesus kasihanilah aku, pendosa ini." Dan agar Yesus membebaskan mereka dari penderitaan dunia, yaitu kesembuhan dari penyakit kusta. 

Kesembuhan yang diberikan Yesus lebih dari sekedar pentahiran kusta, Yesus lebih menekankan pada kesembuhan iman.  Mereka yang telah menerima apa yang dimintanya dari Allah perlu mengucap syukur dengan rendah hati. Apa yang diterima mereka adalah karunia semata. 

Peristiwa yang dialami kesepuluh orang kusta di atas, mengingatkanku akan pengalaman hidup masa lalu yang telah lebih banyak melakukan dosa. Aku lahir dari keluarga Katolik dan dibaptis sejak bayi. Namun aku hidup di dalam benteng keraton Solo yang terbiasa oleh ritual adat-istiadat. Sebagai orang Katolik, kegiatan rohaniku seperti pergi ke gereja hanya sebagai kewajiban, bukan kebutuhan. Ketika harus sekolah dan bekerja diluar kota, maka kehidupan rohaniku berubah dan lebih didominasi kedagingan. Bahkan setelah berkeluarga pun kondisi lebih "parah" seiring kenaikan jabatan dan penghasilan. Aku ke gereja hanya untuk formalitas belaka.  

Namun pada suatu waktu, anak pertamaku mengalami kecelakan yang menyebabkan ia harus memakai tongkat penyangga selama lebih dari satu tahun. Peristiwa inilah yang menyadarkanku untuk berbalik dengan mengutamakan Tuhan dalam kehidupan berimanku. 

Aku mewujudkannya antara lain dengan mengikuti Kursus Pendidikan Kitab Suci (KPKS). Aku mulai melaksanakan pelayanan sebagai Ketua Lingkungan hingga Koordinator Wilayah dan menjadi prodiakon. Puji Syukur kepada Tuhan, kedua anakku saat ini sudah berkeluarga dan masing-masing mempunyai putra-putri, yang adalah karunia-Nya. Aku menyadari bahwa kesembuhan iman yang kualami adalah karena karunia Tuhan.

Sebagai orang berdosa, apa yang bisa kita lakukan sebagai bentuk syukur atas “kesembuhan” yang telah dianugerahkan Allah kepada kita? 


Doa:

Ya Bapa Yang Maharahim, benih panggilan hidup Kautabur dan Kaupelihara melalui keluarga kami. Semoga semuanya yang terjadi dalam suka dan duka membuat kami mampu bersyukur atas karunia yang sudah kami terima dari-Mu. Melalui pelayanan kami dengan sepenuh hati dan tulus, semoga menjadi buah rohani bagi banyak orang. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang