(Renungan) Per Patriam ad Ecclesiam (Melalui Tanah Air Menuju Gereja)

Per Patriam ad Ecclesiam (Melalui Tanah Air Menuju Gereja)
(C. Hudianto)


Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut 
firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat,
dan ada yang seratus kali lipat.
(Mrk. 4:20)


Kalender Liturgi Rabu, 24 Januari 2024
Bacaan Pertama : 2Sam. 7:4-17
Mazmur Tanggapan : Mzm. 89:4-5. 27-30. 29a 
Bacaan Injil : Mrk. 4:1-20 


Injil hari ini bercerita tentang Yesus yang mengajarkan perihal Kerajaan Allah dengan perumpamaan seorang penabur. Cerita ini bertujuan untuk menggambarkan kualitas hati manusia yang diumpamakan sebagai tanah. Tanah tempat benih ditabur identik dengan hati tempat firman Allah diwartakan. 

Saat firman Allah diwartakan kepada manusia, ada empat jenis tanggapan yang akan diberikan: 
Pertama, tanah di pinggir jalan artinya orang menerima firman Allah tetapi tidak meresapinya, hingga firman tersebut diambil oleh iblis. 
Kedua, tanah berbatu artinya orang yang mendengar dan menerima firman Allah tetapi tidak tahan ketika menghadapi penganiayaan dan penindasan, hingga mereka menjadi murtad. 
Ketiga, tanah penuh semak duri, artinya orang yang mendengarkan firman lalu tumbuh tetapi tidak berbuah akibat lebih mengutamakan kedagingan. 
Keempat, tanah yang baik artinya orang yang mendengar, menghayati dan menjadi pelaku firman Allah, sehingga berbuah berlipat.

Saya mengutip kisah Santo Paus Yohanes Paulus II dari buku "Duta Damai dan Saksi Pengharapan”. Paus berkisah dalam sub judul "Per Patriam ad Ecclesiam" yang berarti “Melalui Tanah Air Menuju Gereja”. Dalam setiap kunjungannya ke berbagai negara, Paus mencium tanah, "bumi" yang ia kunjungi. 

Spiritualitas ini terinspirasi dari pastor Santo Yohanes Maria Vianey yang setiap subuh bertiarap dan mencium lantai Gerejanya sambil berdoa : "Tuhan, berilah kepadaku pertobatan untuk parokiku. Aku bersedia menderita selama hidupku, agar umatku bertobat…” Kebiasaan ini merupakan wujud penghayatan Paus atas spiritualitas imitatio Christi (menyerupai Yesus).

Santo Yohanes Paulus II percaya bahwa pertobatan dan pengampunan, salah satu hal yang utama dalam mewujudkan Kekristenan. Dengan mencium tanah ini melambangkan kecintaannya akan semua orang yang tinggal di atasnya. Dan karenanya, setiap orang melalui kesadarannya akan melakukan pertobatan dan pengampunan untuk menjadi tanah yang baik, sehingga benih yang ditabur akan tumbuh menjadi bangunan Gereja yang menghasilkan buah berlipat. 

Sebagai umat Katolik yang lahir, besar dan tinggal di tanah air Indonesia, maukah saya menjadi tanah yang baik dan berperan membangun negara dan Gereja saat ini?


Doa: 

Bapa Yang Maharahim, Engkau memberikan akal budi kepada kami untuk diutus. Ajarilah kami mempunyai sikap rendah hati dan terus membuka hati serta semangat cinta untuk menjadi tanah yang baik dan menjadi penyalur berkat bagi sesama terutama yang tertindas, lemah, miskin dan sebagainya. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang