(Renungan) Yesus Penyembuh dan Penyelamat

https://www.jemaatgpmsaumlaki.org/wp-content/uploads/2021/07/Yesus-mengusir-roh-jahat1.jpg



Yesus Penyembuh dan Penyelamat
(Irene Sri Handayani)


Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan legion itu. Maka takutlah mereka.

(Mrk. 5:15)



Kalender Liturgi Senin 29 Januari 2024

Bacaan Pertama : 2Sam. 15:13-14. 30; 16:5-13a

Mazmur Tanggapan : Mzm. 3:2-3. 4-5. 6-7

Bacaan Injil : Mrk. 5:1-20


Injil hari ini menyatakan kepada kita tentang kuasa Yesus Anak Allah. Kuasa-Nya ditunjukkan bukan hanya melalui karya-Nya tetapi juga diakui oleh roh jahat yang merasuki seorang dari Gerasa. Tidak hanya berteriak dan mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah yang Mahatinggi, tetapi ia pun bertekuk lutut menyembah-Nya.


Pada zaman-Nya, Yesus sering berhadapan dengan roh-roh jahat. Roh-roh jahat itu merasuki diri orang sehingga menguasai orang itu. Orang yang dikuasai roh jahat membutuhkan kuasa yang lebih besar untuk mengalahkannya. Hanya kuasa Allah yang mampu mengalahkan kuasa roh jahat dan mengusir mereka dari dalam diri manusia.


Fenomena ini mestinya menarik kita untuk merefleksikan hidup dan iman kita. Perhatikan ungkapan roh-roh jahat itu tentang Yesus, mereka mengaku Yesus sebagai Anak Allah, hanya saja meskipun mereka mengakui Yesus, tetapi tidak menyerahkan diri pada Yesus.


Setan dengan mudah merasuki kehidupan setiap umat manusia. Apa sikap kita terhadap Yesus yang datang pada kita? Apakah kita akan berseru kepada-Nya: "Tuhan bebaskanlah aku," ataukah kita berteriak: "Tuhan Yesus, apa urusan-Mu dengan kami?


Benci dan dendam melahirkan perang, amarah, menyulut api permusuhan. Benci, dendam, dan amarah adalah kuasa roh jahat. Sebaliknya cinta dan maaf menjadi senjata pemutus mata rantai permusuhan yang paling ampuh


Papa saya bukanlah seorang kepala keluarga yang bijaksana, perbuatan-perbuatannya membuat kami sekeluarga merasa malu. Sehingga sesudah saya menikah, saya memutuskan meninggalkan kota kelahiran saya. Bahkan karena rasa malu ini, membuat saya enggan pulang ke kampung halaman. Sampai suatu ketika terlintas di benak saya, mengapa harus merasa malu? Toh yang berbuat saja tidak merasa malu. Mulailah sejak saat itu setiap tahun saya pulang kampung. Berjumpa kembali dengan papa, sekedar berjumpa saja karena masih ada rasa marah dan benci. Bertahun-tahun kemudian saya mulai bisa memaafkan papa. Saya pun dipulihkan.

Doa:


Tuhan Yesus, ampunilah kami yang sering kurang beriman kepada-Mu dalam menghadapi aneka tantangan dan persoalan hidup sehingga kami sering kacau balau, berteriak, dan merasa sendirian. Kuatkanlah dan ingatkan kami bahwa Engkau senantiasa menyertai kami, sehingga kami dengan sabar dan tenang berani mengusir ketakutan dan godaan. Amin.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang