(Renungan) Hanya Sharing Saja

Hanya Sharing Saja
(Kayus Mulia)


Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 
(Mat. 23:3)


Kalender Liturgi Selasa, 27 Februari 2024
Bacaan Pertama: Yes. 1:10. 16-20
Mazmur Tanggapan: Mzm. 50: 8-9. 16bc. 17. 21. 23
Bacaan Injil: Mat. 23:1-12


Setiap pagi, bila saya membuka gawai, saya selalu menemukan kata-kata bijak. Banyak postingan mengajarkan cara menjadi sehat atau bahagia di hari tua. Berbagai resep terdapat di sana. Ada nasihat orang tua, berbagai pengajaran maupun filosofi kehidupan masa kini dan masa lampau, bahkan ajaran agama dan ayat-ayat Kitab Suci. Semua menjanjikan kesehatan fisik maupun rohani.

Kita senang membaca “resep-resep” itu. Segera jempol kita bergerak untuk mensharingkannya pada kawan kita. Selanjutnya kawan-kawan kita akan mensharingkannya kembali pada yang lain dan seterusnya. Melalui tindakan yang kecil ini yakni gerakan jempol, kita mengharapkan dapat mencapai isi apa yang kita sharingkan. Pertanyaannya adalah : apakah kita telah melakukan apa yang kita sharingkan? 

Dua ribu tahun lalu, Yesus mengajarkan pada orang banyak dan murid-murid-Nya untuk melakukan dan memelihara segala yang diajarkan para pemuka agama yakni orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Yesus berpesan agar para pengikut-Nya tidak meniru perbuatan mereka, karena mereka hanya mengajarkan, tetapi tidak melakukannya. Mereka meletakkan beban yang berat di bahu orang, tanpa sedikit pun mereka mau menyentuhnya.

Kita juga sering hanya meneruskan kata-kata bijaksana, nasihat-nasihat hidup sehat dan sebagainya, tanpa melakukannya. Kita ingin dipandang sebagai orang bijaksana. Kita seolah mendapat kepuasan, karena telah “berhasil” mensharingkan berbagai nasihat untuk hidup sehat, bahagia dan sebagainya. Kita seolah sudah menjalankan apa yang kita sharingkan, padahal kita tetap memelihara cara hidup “semau gue”: Kita tidak berolah raga, tidak tidur cukup dan tidak melatih diri untuk menjadi bijaksana. Kita tetap mengkonsumsi makanan yang  kita sukai, padahal merusak kesehatan. Kita tetap melakukan kebiasaan buruk yang mengakibatkan hubungan yang tidak harmonis antara suami-istri, anak-orang tua, sesama saudara atau rekan kerja.  

Bukankah itu berarti kita menipu diri dengan kepuasan yang semu? Bukankah kita juga sama seperti para pemuka agama pada jaman Yesus yang hanya mensharingkan tetapi tidak melakukannya? Apakah ini sesuai dengan yang diinginkan Yesus bagi kita?

Marilah kita melakukan apa yang kita sharingkan dan menjadi lebih bijaksana.


Doa :

Ya Tuhan, ajarlah aku menjadi orang bijak dalam mensharingkan kebaikan-Mu dan melakukan apa yang berkenan di hati-Mu.




https://biblepic.com/48/23922.jpg



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang