(Renungan) Keranjingan Belanja Online

Keranjingan Belanja Online
(Marietta Eveline)


“Ia insaf dan bertobat dari segala durhaka yang dibuatnya, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.”  
(Yeh. 18:28)


Kalender Liturgi Jumat, 23 Februari 2024
Bacaan Pertama :  Yeh. 18:21-28
Mazmur Tanggapan : Mzm. 130:1-2. 3-4ab. 4c-6. 7-8
Bacaan Injil : Mat. 5:20-26


Nabi Yehezkiel dibuang dari Yehuda Ke Babel pada masa pembuangan pertama sekitar tahun 597 SM. Pada masa inilah ia diutus Allah untuk menyampaikan nubuat yang berisikan penghakiman dan peringatan kepada umat Israel yang memberontak.

Allah menyampaikan bahwa jika seseorang bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada ketetapan Allah serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Namun jika orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan dan kekejian maka ia akan mati karena dosa yang dilakukannya.

Beribu tahun lalu Allah telah menyatakan kerahiman-Nya melalui nabi Yehezkiel. Allah yang Maha Pengampun, Allah yang tidak mengingat-ingat kesalahan ketika seseorang bertobat. Kerahiman Allah tetap, dahulu, sekarang dan sepanjang segala masa. Allah menginginkan umat-Nya hidup, syaratnya adalah bertobat dan setia melakukan keadilan dan kebenaran-Nya sampai akhir. 

Pertobatan mudah diucapkan namun sangat sulit dilakukan. Bahkan untuk pertobatan ‘kecil’ saja rasanya sulit. Hari ini berhasil besok jatuh lagi, perlu perjuangan dan kesadaran untuk melakukannya. 

Saat ini aku sedang berjuang untuk bertobat dari keranjingan belanja online. Setiap sore rasanya gatal jika tidak menonton ‘live’ salah satu toko ‘online’ di Instagram. Janji dalam hati, tidak akan belanja, tak lagi dipegang, ketika ada baju atau barang yang menarik perhatianku. Langsung tangan ini klik untuk membelinya. Ada rasa penyesalan setelahnya, karena aku gagal lagi mengendalikan diri. Ini pertobatan kecilku yang masih terus kuperjuangkan.  

Kelihatannya hal sepele bertobat dari keranjingan belanja online, namun ini akan membuatku melakukan dosa-dosa yang lain, seperti boros, malas, abai akan keadaan sekeliling, menumpuk barang dan lain-lain.

Mencecap firman Allah yang disampaikan nabi Yehezkiel hari ini membuatku termenung.
- Masihkah aku terus menerus menunda pertobatan ini? 
- Ketika nanti waktuku tiba, apa yang Tuhan dapati dalam hidupku? 
- Apakah aku bertobat dari tingkah lakuku yang buruk atau justru sedang berbalik dari kebaikanku? 


Doa : 

Ya Allah, ampuni aku yang selalu menunda pertobatanku. Bantu aku untuk dapat melakukan segala kebaikan sesuai dengan kehendak-Mu sampai akhir. Kerahiman-Mu melingkupiku sepanjang hidupku. Terima kasih ya Allahku. Amin.


https://s2.bukalapak.com/bukalapak-kontenz-production/content_attachments/websites/3/93447/w-960/Cara_Live_Ig.jpg

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang