(Renungan) Pantang dan Puasa

Pantang dan Puasa
(Susan Tjia)


Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. 
(2Kor. 5:20)


Kalender Liturgi Rabu, 14 Februari 2024
Hari Rabu Abu
Bacaan Pertama : Yl. 2:12-18
Mazmur Tanggapan : Mzm. 51:3-4. 5-6a. 12-13. 14. 17
Bacaan Kedua : 2Kor 5:20-6:2
Bacaan Injil : Mat. 6:1-6. 16-18


Hari ini Gereja Katolik di seluruh dunia memasuki Masa Pra-Paskah, yang dimulai dengan Perayaan Ekaristi Rabu Abu. Umat mempersiapkan diri menyambut Paskah dengan melakukan pantang dan puasa sebagai tanda pertobatan. 

Sama seperti ketika Rasul Paulus meminta jemaat di Korintus untuk menanggapi pesan Injil, agar mereka memperbaharui hubungan dengan Allah melalui Kristus dan hidup sesuai kehendak-Nya. 

Dalam renungan ini, saya ingin mengutip pesan dari Paus Fransiskus mengenai puasa dan pertobatan :

Puasa mengeluarkan kata-kata yang menyerang dan ubahlah itu dengan kata-kata yang manis dan lembut.
Puasa kecewa dan tidak puas dan penuhilah dirimu dengan rasa syukur.
Puasa marah dan penuhi dirimu dengan sikap taat dan sabar.
Puasa pesimis dan penuhi dirimu dengan optimis.
Puasa khawatir dan percaya kepada Tuhan.
Puasa mengeluh dan meratap dengan menikmati hal-hal yang sederhana dalam kehidupan.
Puasa stres, penuhi dengan doa.
Puasa dari kepahitan dan kesedihan dengan memenuhi hati dengan sukacita.
Puasa egois dengan membangun dan memenuhi bela rasa dengan orang lain.
Puasa dari sikap tidak bisa mengampuni sesama dengan perdamaian dan pengampunan yang penuh.
Puasa berbicara banyak dan penuhi dirimu dengan keheningan dan siap sedia mendengarkan orang lain.

Saya ingat kekhawatiran terbesar saya adalah takut tidak punya uang ketika nanti pensiun. Sebegitu besarnya rasa khawatir saya, sampai-sampai minggu lalu saya merasa sedih sekali mendengar ucapan owner perusahaan tempat saya bekerja. Dia berujar: Kamu sudah umur segini, mau bekerja di mana lagi? Dia mengatakan hal itu bukan sedang mengancam saya, tetapi hanya karena dia tidak setuju dengan proposal kenaikan gaji yang saya ajukan untuk seluruh karyawan, yang dianggapnya terlalu tinggi. 

Seandainya saya belum membaca pesan rohani Paus Fransiskus di atas, mungkin sampai hari ini saya masih stres sendiri. Namun saya bertekad akan pantang khawatir dan puasa mengeluh. Saya belajar bahwa segetir apa pun keadaan yang saya alami, akan selalu ada cara untuk berdamai dengan diri sendiri dan tetap bersukacita. Dengan pertobatan ini, masihkah saya perlu menggenggam rasa khawatir?


Doa:

Tuhan, terima kasih untuk firman-Mu. Saya ingin merespon pesan-Mu dalam masa pantang dan puasa. Semoga Engkau berkenan dengan pantang dan puasa ini sebagai bentuk pertobatan saya. Saya ingin berdamai dengan-Mu. Amin.



https://da4kwgmu3ugvs.cloudfront.net/wp-content/uploads/sites/60/2023/07/25110915/share_odb_2023-08-17.jpg


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang