(Renungan) Disposisi Hati

Disposisi Hati
(Isye Iriani)


“Apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri di rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan, supaya mereka dilihat orang."
(Mat. 6:5a)


Kalender Liturgi Rabu, 19 Juni 2024
Bacaan Pertama : 2Raj. 2:1. 6-14
Mazmur Tanggapan : Mzm. 31:20. 21. 24
Bacaan Injil :  Mat. 6:1-6. 16-18


Dalam Injil Matius bab 6, yang merupakan bagian dari 'khotbah di bukit', mencakup berbagai ajaran praktis Yesus yang berfokus pada sikap hati yang benar dalam menjalankan kehidupan spiritual. Yesus menekankan bahwa kerendahan hati dalam melakukan tindakan keagamaan sangat penting. Orang yang rendah hati akan melakukan segalanya untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk mendapatkan pujian. Inilah yang disebut disposisi hati yang baik dan murni. Disposisi hati mengacu pada sikap hati seseorang, yang mencerminkan niat dan motivasi sejati di balik tindakannya. Mencakup kejujuran, ketulusan, kerendahan hati, dan kesetiaan dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama.

Disposisi hati yang berupa pengorbanan murni untuk orang lain dan Tuhan, di abad ke-20 ini, dicontohkan oleh Santa Faustina. Lahir dari keluarga petani miskin, Faustina harus bekerja sebagai pembantu sebelum dia bisa masuk biara Kongregasi Suster Bunda Maria Kerahiman di Warsawa. Kehidupan biara dijalani dengan penuh pengabdian melalui tugas sederhana seperti memasak, berkebun dan menjaga pintu. 

Selama hidupnya yang relatif singkat, Santa Faustina menunjukkan disposisi hati yang murni melalui kehidupannya yang penuh dengan doa, pengabdian, dan pelayanan yang tulus. Meskipun mengalami banyak pengalaman mistik dan menerima wahyu Ilahi, dia tetap rendah hati dan tidak mencari kemuliaan pribadi. Dia mencatat wahyu-wahyu tersebut dalam buku hariannya bukan untuk mendapat perhatian.

Dengan pendidikan formal yang minim, ia menulis dan menderita dalam diam, hasilnya 600 halaman buku yang diakui oleh ilmuan dan teolog gereja setara dengan karya tulis pujangga gereja dan mistikus besar. Visi Santa Faustina tentang kerahiman Tuhan ini kemudian menjadi dasar bagi Devosi Kerahiman Ilahi dalam Gereja Katolik.

Mari meneladan sikap Santa Faustina sebagai contoh ajaran Yesus tentang kesetiaan, pelayanan, doa, dan matiraga dengan kerendahan hati, tanpa keinginan mendapat pujian. Dia menunjukkan bagaimana disposisi hati yang murni dan hubungan yang tulus dengan Tuhan yang merupakan inti dari kehidupan rohani yang sejati.


Doa:

Tuhan hentikan langkahku, bila aku melakukan pekerjaan yang kuanggap “untuk kemuliaan-Mu”, sebenarnya tidak lebih untuk pemuasan eksistensi diri. Hentikan langkahku bila kegiatan rohaniku menjadi “terlalu”, terlalu banyak, terlalu bernafsu, terlalu fomo.

Tuhan, bebaskan aku dari hasrat dan nafsu yang palsu, biar semangat “Engkaulah yang harus semakin besar”, selalu bisa aku lakukan dengan kesadaran penuh. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang