(Renungan) Perlukah Kita Meminta Tanda?

Perlukah Kita Meminta Tanda?
(Laurentia Linda)


Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata:
”Mengapa angkatan ini meminta tanda?”
(Mrk. 8:12a)


Kalender Liturgi Senin, 12 Februari 2024
Bacaan Pertama : Yak. 1:1-11
Mazmur Tanggapan : Mzm. 119:67. 68. 71. 72. 75. 76
Bacaan Injil : Mrk. 8:11-13


Yang terlintas di pikiran saya ketika membaca kata “tanda”, adalah “tanda baca”. Sepertinya saya adalah orang yang paling sering salah menggunakan tanda baca pada saat menuliskan renungan, sampai ada yang tanya, sekolah dasarnya di mana yah? Tapi saya tidak marah karena saya sadar bahwa  tanda baca walau kelihatannya tidak berarti tapi sangat penting. Ini berhubungan dengan apa yang ingin kita sampaikan dan apa yang sampai kepada pembaca tulisan kita. Jika kita kurang atau belum bisa memperhatikan tanda baca dengan baik, akibatnya maksud yang hendak disampaikan oleh bacaan tersebut kurang dapat ditangkap dengan jelas bahkan bisa keliru sama sekali. Padahal tanda-tanda baca itu ada dan tersedia untuk kita gunakan tetapi kurang kita perhatikan.

Bacaan-bacaan liturgi harian sebelum  hari ini, mengenai Yesus  membuat mukjizat penggandaan roti, menyembuhkan orang tuli, menyembuhkan anak seorang wanita Siro-Fenisia yang kerasukan setan dan menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret. Mestinya sudah sangat cukup, tanda yang dibuat oleh Yesus, tetapi masih saja orang Farisi datang dan meminta tanda. Tidak diceritakan apakah Yesus jengkel atau sedih mendengar permintaan mereka, tetapi Yesus langsung meninggalkan mereka, naik perahu dan bertolak ke seberang.

Melalui keahlian dan pekerjaan kita sehari-hari, kita sebenarnya mampu untuk melihat tanda-tanda kehadiran dan penampakan Tuhan. Ia memberikan kita pekerjaan, anak-anak, orang tua, sinar matahari dan udara yang gratis dan pada puncaknya, Ia memberikan Putera-Nya sendiri sebagai korban demi keselamatan kita. Oleh karena itu yang terpenting bagi kita adalah mohon rahmat sekaligus berusaha terus menerus mengasah kepekaan kita dalam menangkap dan menyadari kebesaran, kemahakuasaan, dan cinta kasih Tuhan yang nyata dalam hidup kita sehari-hari. Saat kita merasa Tuhan (seolah-olah) meninggalkan kita dan tidak mendengarkan atau mengabulkan doa-doa kita, jangan-jangan itu karena kita tidak peka untuk menangkap tanda-tanda yang Ia berikan. Atau karena kita tidak mampu bersyukur tetapi hanya meminta dan meminta terus.


Doa :

“Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang pada saya, tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh”. Amin.


https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRfdwpZ48_Ahr5RnyqGRXCtWgmFbxy2p8XMWg&usqp=CAU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang