(Renungan) Yang Dikasihi yang Diutus

Yang Dikasihi yang Diutus
(Antonius Tjahiono)


Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka,
katanya: Anakku akan mereka segani.
(Mat. 21:37)


Kalender Liturgi Jumat, 1 Maret 2024
Bacaan Pertama : Kej. 37:3-4. 12. 13a. 17b-28
Mazmur Tanggapan : Mzm. 105:16-17. 18-19. 20-21
Bacaan Injil : Mat. 21:33-43. 45-46


Dalam bacaan Injil, Yesus menceritakan seorang tuan tanah yang membuka kebun anggur dan menyewakan kepada penggarap-penggarap. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hambanya untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Namun hambanya itu dibunuh dan demikian juga untuk kedua kalinya menyuruh hambanya yang lain, juga dibunuh. Akhirnya tuan tanah itu menyuruh anaknya, pikirnya anaknya akan disegani.

Perumpamaan ini mengingatkanku ketika masih remaja, mama memintaku pergi ke orang-orang yang berhutang padanya. Mama bukanlah seorang rentenir tapi membuka toko kelontong di suatu kota kecil. Toko kami melayani pelanggan yang membeli dalam jumlah banyak dan diberi hutang dengan tempo satu bulan. Mereka datang dari desa sekitar dan membuka toko eceran di desanya.   

Ada beberapa pelanggan yang berhutang cukup lama dan tidak ada kabar. Karena itu, toko kelontong mama perputaran uangnya menjadi tersendat dan persediaan barang-barang di toko terlihat tidak sebanyak dulu. Hal ini tidak dapat dibiarkan terlalu lama. Sampai akhirnya, mama memutuskan untuk mengutusku ke desa-desa mereka. Aku dipercaya mama untuk menagih hutang karena aku anaknya. Juga supaya mereka segan dan akhirnya membayar hutangnya. 

Dari beberapa orang yang kudatangi, ada yang bayar hutangnya tapi ada juga yang tidak. Ada yang menyambutku dengan permohonan maaf karena sedang kesulitan keuangan dan mau berusaha untuk membayar dengan menyicilnya. Tapi ada juga yang menolak bertemu walaupun aku tahu orangnya ada di dalam. Perasaanku saat itu, senang dan bersyukur ketika ada yang bayar hutangnya. Namun sedih, kecewa dan marah ketika ditolak begitu saja tanpa perkataan apa pun. Padahal dengan diberi hutang, secara tidak langsung mama sudah membantu mereka. 

Sebagai anak yang mengasihi  mama, aku berusaha tetap semangat walaupun harus menempuh jarak jauh ke desa mereka dan seringkali ditolak. Supaya sebagian besar hutang tertagih.  Aku membayangkan perasaan mama pasti senang karena tidak sia-sia mengutusku.  

Marilah kita tetap semangat melayani sesama sebagai bentuk pertobatan . 


Doa : 

Ya Bapa yang Maha Pengasih, aku bersyukur atas kasih-Mu yang telah Engkau karuniakan. Semoga hatiku dipenuhi oleh kasih-Mu dan aku dapat berbagi kasih-Mu dan melakukan segala apa yang Engkau utus. Amin.


https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRKE2IShu4AqKawxiZq0riFGfDglQ4vwi5ZHg&usqp=CAU

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang