(Renungan) Bukan Aku, ya Tuhan

Bukan Aku, ya Tuhan
(Melani Sudhana)


Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan! Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.
(Mat. 26:24)


Kalender Liturgi Rabu, 27 Maret 2024
Bacaan Pertama : Yes. 50:4-9a
Mazmur Tanggapan : Mzm. 69:8-10.21-22.31.33-34
Bacaan Injil : Mat. 26:14-25


Imam-imam kepala membujuk Yudas Iskariot untuk menyerahkan Yesus. Awalnya Yudas tidak menanggapi. Sampai suatu saat Yudas bertanya, apa yang ia dapatkan jika ia menyerahkan Yesus kepada mereka. Lalu mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Sejak itu Yudas mencari cara dan kesempatan untuk menyerahkan Yesus. 

Sampai saatnya perjamuan Paskah, Yesus dan dua belas rasul-Nya berkumpul di suatu rumah untuk merayakannya. Yesus mengetahui rencana yang ada di benak Yudas. Tapi Yesus tetap mengasihinya sebagai rasul-Nya. Meskipun sedih, Yesus tetap membasuh kaki Yudas (Yoh. 13:2-5). Yesus tidak mengusir Yudas dan tetap mengikut sertakan Yudas sampai seluruh acara perjamuan Paskah selesai.  

Saat perjamuan makan, Yesus memberitahukan kepada mereka, bahwa di antara mereka ada yang akan menyerahkan-Nya. Para rasul merasa sedih dan seorang demi seorang berkata “Bukan aku, ya Tuhan?” Saat Yudas bertanya pun Yesus menjawab, “Engkau telah mengatakannya.” Seakan Yesus mengharapkan Yudas berpaling kepada-Nya dan tidak mengkhianati-Nya. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia. Yudas berkhianat atau pun tidak, rencana Tuhan tetap akan berlangsung. 

Suatu hari, teman dekat saya bertanya kepada saya, apakah saya mau mengampuni orang yang pernah mengkhianati saya. Saya spontan menjawab “No way. Enak saja dia. Sudah bikin orang susah, seenaknya minta diampuni.” Saya menjawab seperti ini karena saya tahu, teman saya telah dikhianati teman bisnisnya sampai habis-habisan. Lalu teman saya berkata, bahwa tahun lalu dia mengaku dosa karena tidak bisa mengampuni si pengkhianat. Lalu Romo memberi dia penitensi untuk mendoakan si pengkhianat setiap hari. Setahun kemudian dia merasa sudah bisa mengampuninya karena tidak pernah lagi menghindarinya. Saat bertemu dia sudah bisa menyapanya. Saya terhenyak dan kagum padanya. Saya jadi merasa seperti Yudas, pengkhianat yang tidak bisa menghidupi ajaran kasih Yesus dan masih juga bertanya “Bukan aku, ya Tuhan?”

Maukah kita menjawab dengan yakin kepada Tuhan, “Bukan aku, ya Tuhan” dan dengan yakin menjalani ajaran kasih-Nya untuk mengasihi sesama, termasuk musuh dan pengkhianat kita? 


Doa :

Ya Tuhan, kuatkanlah kami dan penuhilah kami dengan kasih-Mu agar kami sanggup mengasihi mereka yang telah menyakiti kami. Amin.


https://img.wattpad.com/cover/224529672-352-k328021.jpg


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang