(Renungan) Hidup untuk Berbagi

Hidup untuk Berbagi
(Francisca Kurniawati) 


“Siapa saja yang mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Tetapi siapa saja yang membenci nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.”
(Yoh. 12:25)


Kalender Liturgi Minggu, 17 Maret 2024
Bacaan Pertama : Yer. 31:31-34
Mazmur Tanggapan : Mzm. 51:3. 4. 12-13. 14-15
Bacaan Kedua : Ibr. 5:7-9
Bacaan Injil : Yoh. 12:20-23


Memasuki masa Prapaskah yang ke-empat, kita semakin ditantang untuk sungguh-sungguh menghayati masa Prapaskah. Merefleksikan hidup kita sesuai dengan teladan guru kita, yaitu Yesus Kristus yang rela mengorbankan nyawanya di kayu salib demi keselamatan kita.

Apakah dengan merelakan sesuatu yang kita sayangi dan membaginya kepada mereka yang lebih membutuhkan, maka kita bisa mendapatkan bagian dalam hidup kekal di surga? Saya membayangkan betapa indahnya jika setiap orang memiliki sikap rela berkorban demi sesama. Tidak usah yang spektakuler tapi yang sederhana yang bisa kita lakukan setiap hari sehingga menjadi kebiasaan hidup.

Pada hari Minggu, 10 Februari 2024, saya membagikan empat buah kasur dan dua rak buku yang layak pakai tetapi tidak digunakan dan hanya tersimpan di gudang. Barang-barang itu adalah peninggalan bapak, yang atas permintaan ibu, disimpan sebagai kenang-kenangan. Saya sudah sering katakan kepada ibu untuk menyumbangkan barang-barang tersebut, tetapi beliau selalu melarang dengan alasan kenangan kepada mendiang bapak. 

Sampai akhirnya setelah tiga tahun meninggalnya bapak dan menjelang Rabu Abu 2024, saya memberikan penjelasan sedikit dan mengutip tema APP 2024 KAJ, yaitu solidaritas dan subsidiaritas untuk kesejahteraan bersama. Saya sedih setiap melihat barang-barang itu nganggur di rumah tidak digunakan, sementara banyak orang miskin yang tidur di lantai. Itu sama saja dengan mengambil hak orang miskin, begitu yang saya katakan kepada ibu.
 
Mendengar hal itu, ibu tersentuh dan beliau setuju untuk memberikan barang-barang itu kepada orang yang membutuhkan. Ibu yakin bahwa almarhum bapak juga pasti lebih senang kalau tempat tidur dan raknya dipakai daripada disimpan dan berdebu. Bahagia sekali saya mendengarnya dan langsung saya berikan kepada yang membutuhkan. Ibu yang tadinya melarang menjadi sangat senang. Tenyata berbagi itu membahagiakan, baik yang diberi maupun yang memberi.

Sudahkah dalam perjalanan kehidupan ini kita berbagi seperti Roti yang dipecah dan dibagi serta menikmati sukacita dari apa yang kita lakukan itu?


Doa :

Tuhan, terima kasih atas teladan solidaritas yang sudah Kau ajarkan, dengan turun ke dunia sama seperti manusia menderita dan bahkan sampai wafat di salib. Semoga kami pun memiliki sikap solidaritas dan subsidiaritas dengan rela berbagi demi kebahagian sesama kami. Sebab itulah yang Kau kehendaki untuk menjadi murid-Mu yang sejati. Amin.


https://i.ytimg.com/vi/7gByL6qWr7E/hqdefault.jpg

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang