(Renungan) Makan Daging-Ku dan Minum Darah-Ku

Makan Daging-Ku dan Minum Darah-Ku
(Ari Susanto)


Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. 
(Yoh. 6:56)


Kalender Liturgi Jumat, 19 April 2024
Bacaan Pertama: Kis.9:1-20
Mazmur Tanggapan: Mzm. 117:1. 2
Bacaan Injil: Yoh. 6: 52-59


Pesan Yesus untuk makan daging dan minum darah-Nya menimbulkan kebingungan dan pertengkaran di antara orang-orang Yahudi. Kesalahpahaman ini digunakan oleh Yesus untuk mengajar mereka tentang pewahyuan diri-Nya sebagai sumber kehidupan.

Yesus adalah pewahyuan Allah Bapa, menjadi Anak Manusia dan menyapa manusia sebagai sahabat dengan bahasa manusia. Berkat hubungan Bapa dan Anak, manusia Yesus menjadi saluran yang digunakan oleh Allah Bapa sumber hidup untuk memberikan hidup kekal kepada manusia yang percaya kepada-Nya.

Darah dan daging dalam kebudayaan orang Yahudi menggambarkan manusia dan sifat duniawi dari kehidupan manusia. Apa yang dimakan dan diminum oleh manusia akan menyatu dengan dirinya. Dengan demikian pernyataan makan daging dan minum darah menggambarkan persatuan Yesus dan manusia secara realitis. Ini nyata dalam Perayaan Ekaristi, di mana orang mempersatukan diri dengan Yesus secara utuh dan penuh dengan menyantap Sakramen Mahakudus, sehingga orang akan memperoleh hidup yang kekal.

Menjelang Paskah tahun lalu, dalam mempersiapkan para calon baptis dewasa, ada seorang katekumen dari Gereja lain yang bertanya tentang komuni, “Mengapa roti bisa berubah menjadi daging Kristus?” Saya pun menjelaskan sebagai berikut: perubahan roti dan anggur menjadi daging dan darah Kristus disebut trans-subtansiasi. Hakekat yang dilihat dengan mata tetap sama, namun subtansi yang berubah. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dijumpai trans-subtansiasi. Misalnya dua helai kain putih dan merah persegi, tidak bermakna apa-apa dan dapat diinjak-injak. Namun ketika dua helai kain tersebut disatukan dan dijahit, menjadi bermakna sebagai bendera negara yang dibela dan dihormati.

Dalam Perayaan Ekaristi, Yesus hadir dalam rupa roti dan anggur menjadi santapan rohani bagi umat yang merayakan. Umat menerima Yesus seperti mencerna makanan, membiarkan kehadiran-Nya yang memberi hidup itu menjadi bagian tubuh umat sendiri.

Marilah kita sebagai pengikut Kristus mempersiapkan diri, baik lahir dan batin agar layak menerima kehadiran Sang Juru Selamat dalam hati sanubari, sehingga kuat kuasa-Nya memampukan kita untuk hidup seturut kehendak Kristus!


Doa:

Allah Bapa yang bertahta di dalam surga. Kehadiran putera-Mu dalam Ekaristi sungguh nyata. Puji syukur kami haturkan kehadirat-Mu, karena Engkau mampukan kami dalam melewati badai kehidupan ini. Amin.

https://i0.wp.com/www.inspiredprayercards.com/wp-content/uploads/2017/09/381.jpg?resize=324%2C324&ssl=1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang