(Renungan) Roti Hidup

Roti Hidup
(Maria Theresia Widyastuti)


Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup;  barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus  lagi. 
(Yoh. 6:35)


Kalender Liturgi Rabu, 17 April 2024
Bacaan Pertama : Kis. 8 :1b -8
Mazmur Tanggapan : Mzm. 66:1-3a. 4-5-6-7a
Bacaan Injil : Yoh. 6:35 -40


Produk roti sudah menjadi bagian dalam kehidupan kita sehari-hari. Tren dan teknologi pembuatan roti pun selalu berkembang. Terjadi pula pergeseran jenis produk roti yang sedang tren, dari roti tradisional yang favorit hingga kreasi unik dan inovatif, sehingga selalu ada sesuatu untuk dinikmati semua orang. Ada beberapa jenis roti yang menjadi tren dalam masyarakat antara lain artisan, sourdough, vegan, kombinasi dan biji-bijian. Semua jenisnya mengarah ke roti yang mendukung  kesehatan dan bukan hanya sekedar membuat kenyang.

Ada satu roti yang sering dilupakan orang, padahal rotinya tidak hanya mememenuhi kebutuhan raga kita namun juga kebutuhan rohani. Sang pemilik roti sebenarnya sudah menawarkan langsung. Bahkan dampak dari roti itu sangat luar biasa sebagai makanan rohani yang secara nyata memiliki dampak positif pada koneksi spiritual, penyembuhan emosional, bimbingan moral dan berdampak pada komunitas dan dukungan sosial serta bantuan dalam mengatasi kesulitan hidup.

Pernyataan "Aku adalah roti hidup" adalah yang pertama dari tujuh pernyataan "Aku adalah" yang dicatat dalam Injil Yohanes. Setiap pernyataan itu menampilkan suatu aspek penting dari pelayanan pribadi Yesus. Pernyataan ini memberitahukan kita bahwa Yesus adalah makanan yang memelihara kehidupan rohani. Pernyataan lain adalah: "terang dunia", "pintu", "gembala baik", "kebangkitan dan hidup", "jalan, kebenaran, hidup" dan "pokok anggur yang benar".

Pertanyaan pertama adalah apakah kita sudah menyadari bahwa kita sebagai umat Allah  memiliki harta luar biasa berupa "roti yang hidup“? Mungkin kita tidak menyadarinya. Pertanyaan kedua, "roti hidup“ yang ditawarkan ini apakah  sudah kita ambil dan santap serta menikmati setiap santapan dari "roti hidup“ itu? Pertanyaan ketiga, apakah "roti yang hidup“ itu sudah menjadi bagian dari kehidupan kita seperti produk-produk roti yang sedang tren?

Mari kita terima dan tanggapi "roti kehidupan“ yang tidak kunjung habis dan tidak ada tanggal kadaluwarsa  yang ditawarkan oleh sang pemilik roti yaitu Tuhan Yesus Kristus, yang selalu melayani kita dengan kasih-Nya.


Doa :
 
Ya Tuhan kami bersyukur atas tawaran-Mu untuk menikmati roti yang hidup yang adalah diri-Mu sendiri. Sungguh suatu kehormatan karena kami Kau berikan kasih karunia berupa roti yang hidup. Semoga Roh Kudus-Mu selalu membimbing kami untuk menanggapi dan menikmati roti yang hidup dalam kebenaran-Nya. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang