(Renungan) Tetaplah Tersenyum

Tetaplah Tersenyum
(Emilia Sulistyo)


Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
Sama seperti carang tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri
jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
(Yoh. 15: 4)


Kalender Liturgi Rabu, 1 Mei 2024
Hari Raya Santo Yusuf Pekerja
Bacaan Pertama : Kis 15:1-6
Mazmur Tanggapan : Mzm 122:1-2.3-4a.4b-5
Bacaan Injil : Yoh 15:1-8


Dua minggu setelah kepergian almarhum suamiku, secara mental spiritual aku terlempar dalam titik terendah. Berawal dari membenahi barang-barang dan dokumen yang diperlukan untuk mengurus surat kematian. Kemudian banyak pertanyaan yang muncul, namun jawabannya terkubur bersama kepergiannya. Perasaan sedih silih berganti dengan kecewa, marah dan penyesalan, di mana membuat aku merasa jauh dari Tuhan. Emosi negatif membuat aku terfokus pada diri sendiri dan sulit melihat cahaya kasih Tuhan. Keadaan ini membuat aku jauh dari perasaan damai sejahtera dan sulit tersenyum. Aku merasa terlepas dari penyertaan Tuhan, seperti carang yang tidak nempel pada pokok anggur.

Perumpanaan dalam perikop hari ini menggambarkan hubungan Tuhan Yesus dengan kita anak-anak-Nya. Tuhan Yesus sebagai pokok anggur yang benar dan kita sebagai carang atau ranting. Carang dapat berbuah karena berhubungan dengan pokok anggur. Carang tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, artinya carang sangat bergantung pada pokok anggur. Carang yang tidak lagi melekat pada pohonnya akan menjadi kering dan mati. Carang harus terus melekat pada pokok agar mendapat nutrisi untuk hidup, tumbuh subur dan selanjutnya berbuah. Hal ini menegaskan bahwa hubungan yang aktif dengan Tuhan menghasilkan buah rohani yang berarti dalam hidup kita.

Saat mempersiapkan renungan harian ini, aku dikuatkan agar terus mengusahakan tetap berada dalam Tuhan. Aku memaksakan diri untuk bangun pagi mengikuti Ekaristi harian. Aku tetap ikut pembekalan materi fasilitator Emmaus Journey (EJ) walau sulit berkonsentrasi. Aku pun langsung aktif bekerja agar mempunyai kesibukan. Tuhan seperti berbicara kepadaku melalui seorang pastor yang mengatakan aku sulit tersenyum. Aku merasa Tuhan ingin menarikku agar tidak menjadi ranting yang kering. Aku harus tinggal di dalam kasih Tuhan, tidak ada cara lain. 

Mari kita terus menjaga relasi yang erat dengan Tuhan, dengan menjadikan firman Tuhan sebagai penuntun langkah kita, mendapatkan kekuatan melalui doa, tinggal dalam kasih-Nya dengan saling mengasihi, dapat mengampuni dan memohon pimpinan Roh Kudus.


Doa :

Tuhan Yesus, kiranya mampukan kami agar menjadi ranting yang subur karena melekat pada kasih-Mu. Jangan biarkan kami kering dan mati. Arahkan hati kami agar selalu tinggal dalam kasih-Mu, mengandalkan-Mu dan pada akhirnya dapat berbuah banyak dengan menjadi murid-Mu yang senantiasa mengandalkan Engkau. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang