(Renungan) Menjaga Hati dari Penyesatan

Menjaga Hati dari Penyesatan
(Lyli Herijanto)


“Jika matamu menyebabkan engkau berbuat dosa, cungkillah! 
Lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan satu mata daripada dengan 
dua mata dicampakkan ke dalam neraka.”
(Mrk. 9:47)


Kalender Liturgi Kamis, 23 Mei 2024
Bacaan Pertama : Yak. 5: 1 - 6
Mazmur Tanggapan : Mzm. 49:14-15ab. 15cd-16. 17-18. 19-20
Bacaan Injil : Mrk. 9:41-50


Melalui metafora anggota tubuh yakni tangan, kaki, dan mata, Yesus mengingatkan para murid-Nya agar mawas diri dan memperhatikan kehidupan pribadi mereka. Hawa nafsu dan keinginan daging, jika tidak diwaspadai akan menyebabkan para murid jatuh ke dalam kehidupan dosa yang menyesatkan. 

Yesus dengan bahasa kiasan, memerintahkan para murid memenggal tangan atau kaki dan mencungkil mata apabila menyesatkan. Yesus mendesak agar para murid berani mencabut secara radikal akar kecondongan jahat dan menyingkirkan apa pun yang dapat menyebabkan jatuh dalam dosa. Yesus mengatakan bahwa para murid yang tidak mencabut akar kejahatan, konsekuensinya dijebloskan dan disiksa dalam neraka.  Sedangkan, mereka yang berani menderita dengan mencabut akar kecondongan jahat, boleh hidup dalam Kerajaan Allah.

Belum lama ini, diberitakan dugaan korupsi tambang timah dengan potensi kerugian negara yang nilainya fantastis hingga 271 T. Harta kekayaan telah menyesatkan para pelaku korupsi. Mereka tidak peduli dampak korupsi, yang tidak saja merugikan keuangan negara, membawa kemiskinan, juga merusak lingkungan hidup. Bahkan sang koruptor melakukan flexing, pamer kekayaan di media sosial. Mereka  tidak menyadari konsekuensi atas tindakannya, dijebloskan dalam penjara.

Perikop ini menghantarkan pada permenungan, bahwa  harta kekayaan kita berpotensi menyesatkan dan bila itu terjadi, harus kita tinggalkan. Kita harus arif dalam mengumpulkan kekayaan dan menggunakannya. Mungkin kita telah bersikap malas, tidak jujur, merugikan orang lain, kikir, dan iri hati. Jangan sampai harta benda membutakan mata hati kita terhadap penderitaan sesama dan mematikan kepedulian kita untuk berbagi. Kita perlu menelisik hati: sudahkah kepemilikan dan penggunaan harta benda kita berkenan kepada Tuhan?  

Marilah terus berlatih dan berani mencabut akar-akar kejahatan dalam diri kita sebagai langkah pencegahan agar selalu hidup dalam Tuhan, bahagia dalam Kerajaan Allah! Jangan biarkan akar-akar kejahatan tetap berada dalam diri kita, yang membuat kita terpisah dari Allah dan binasa!


Doa : 

Ya Allah, berilah kami rahmat keberanian untuk mencabut akar-akar kejahatan dari dalam diri kami, agar kami selalu hidup dalam nama-Mu dan beroleh Kerajaan Allah. Amin.



https://assets-a1.kompasiana.com/items/album/2020/08/08/kompasiana-com-mata-yang-paling-indah-5d8635db0d8230576d1ba5c2-5f2e5859d541df5467620132.jpg

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang