(Renungan) Pelayan

Pelayan
(Dewi Malingkas)


Tidaklah demikian di antara kamu.
Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu
(Mrk. 10: 43)


Kalender Litugi Rabu, 29 Mei 2024
Bacaan Pertama: 1Ptr. 1:18-25
Mazmur Tanggapan: Mzm. 147:12-13. 14-15. 19-20
Bacaan Injil: Mrk. 10:32-45


Kalimat di atas dikatakan Yesus kepada para murid-Nya setelah Yesus mendengar permintaan dari Yakobus dan Yohanes anak-anak Zebedeus yang ingin kedudukan terhormat dalam kerajaan Allah. Yesus memberitahukan sesuatu yang mengejutkan, bahwa siapa saja yang ingin menjadi besar di antara para murid, hendaknya menjadi pelayan untuk semuanya. 

Pelayan, kata sederhana yang bagi banyak orang adalah sebuah jabatan rendah yang tidak memberikan rasa bangga. Saya teringat Office Boy (OB) kantor yang kerjanya baik dan cukup lama bergabung. Ketika pandemi Covid hadir, kantor kami pun harus tutup. Banyak pegawai di PHK. Kami memutuskan untuk tetap mempekerjakan dia di rumah kami, untuk menolongnya.

Win, demikian nama panggilannya ternyata menunjukkan kepercayaan dan tanggung jawab sebagai pelayan. Kepercayaan yang kami berikan kepadanya digunakan dengan baik. Sebagai contoh, ketika kami meminta dia membelikan sesuatu, Win selalu mengembalikan sisa uang belanja hingga pecahan terkecil. Kadang dia memberitahu bahwa tadi bayar parkir tapi tidak ada bon. Bilamana kami harus keluar dan meninggalkannya sendiri di rumah, dia tetap melakukan tugasnya dengan tuntas dan baik. Dari Win saya belajar tentang melayani dengan sungguh.

Suatu saat seorang teman berkata, “Yuk Wie, naik tingkatlah! Jangan di meja pojokan melulu pegang laptop! Jadi fasilitator atau apalah.” Yah, saya terbiasa berada di meja pojokan saat terlibat dalam retret misalnya. Saya berperan sebagai penanggung jawab multimedia. Namun meski duduk di pojokan, selalu ada sukacita ketika sesi demi sesi berjalan lancar. Misalnya, ketika multimedia tidak terkendala, baik untuk teks lagu-lagu, maupun slide para pembawa sesi. 

Agh ya, kualitas pelayanan lebih berarti, ketika kita sungguh melayani. Sejatinya menjadi pelayan semuanya membutuhkan hati seorang hamba, yang mau merendahkan hati, melayani dengan sungguh, dan tidak mudah menjadi jumawa. 

Sebagaimana yang telah diteladankan Yesus dalam hidup-Nya bahwa Dia melayani semua orang yang datang kepada-Nya. Hidup-Nya selalu berfokus pada orang lain. Yesus juga turun sampai ke titik terendah dalam harkat dan martabat sebagai pelayan, namun kemudian Dia sangat dimuliakan dalam kerajaan Allah.

Maukah kita menjadi pelayan seperti Yesus?


Doa : 

Tuhan, terima kasih Kau beri kami kesempatan untuk melayani-Mu. Ajar kami tidak menyia-yiakannya dan mau melayani-Mu dengan lebih bertanggung jawab. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang