(Renungan) Mutung

Mutung
(Twiggy)
 

Firman Tuhan kepadanya: ”Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram.”
(1Raj. 19:15)
 
 
Kalender Liturgi Jumat, 14 Juni 2024
Bacaan Pertama : 1Raj. 19:9a. 11-16
Mazmur  Tanggapan : Mzm. 27:7-8a. 8b-9abc. 13-14
Bacaan Injil : Mat. 5:27-32

 
Gunung Sinai atau Gunung Horeb dipercaya adalah tempat Musa menerima 10 Perintah Allah. Tempat Tuhan berbicara dengan Musa dalam semak yang menyala, juga tempat Allah bertemu Nabi Elia. Gunung Horeb menjadi tempat objek studi dan refleksi, sekaligus tempat terjadinya peristiwa dahsyat yang mengubah umat Tuhan.

Setelah Elia berhasil membunuh empat ratus lima puluh orang nabi-nabi Baal, ia mendapat ancaman dari Izebel yang akan menghilangkan nyawanya. Ia melarikan diri, hingga merasa ingin mati, putus asa, ketakutan dan seorang diri. Ia mengembara di padang gurun selama empat puluh hari empat puluh malam dan tibalah ia di Gunung Horeb. Elia bersembunyi dalam gua, menantikan Tuhan yang datang mencarinya. Kedatangan-Nya didahului angin besar dan kuat yang membelah gunung-gunung, memecahkan bukit batu, kemudian datang gempa dan api. Namun tidak ada Tuhan dalam angin besar, gempa dan api itu. Rupanya angin sepoi-sepoi basa yang menghantarkan kehadiran Tuhan pada Elia.

Tuhan bertanya, “Apa kerjamu di sini Elia?” Elia menjawab, “Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan Allah semesta alam.” Elia menceritakan peristiwa yang dialaminya, bisa jadi Elia ketakutan, mutung, mengumpat sejadi-jadinya. Namun Tuhan tidak menanggapi masalah yang dihadapi Elia. Sebaliknya Tuhan memerintahkan Elia : “Pergilah, kembalilah ke jalan yang sama…..” (1Raj. 19:15). Elia mendapat tugas mengurapi raja-raja pilihan Allah, ia tidak menolak dan mau melakukannya. Tidak jadi mutung, Elia tetap menjaga hubungan baik dengan Allah, menjaga kemurnian jiwa, kualitas, integritasnya sebagai nabi yang diutus Tuhan. Dia menjaga kesucian jiwanya dengan tidak mencemari dirinya dengan kehendak keliru, bisa mengendalikan dirinya walaupun menentang badai.

Berapa banyak dari kita yang mengalami tindakan tidak menyenangkan dalam tugas perutusan melayani umat? Mungkin kita sudah mutung, bersembunyi, melarikan diri,  dan tidak mau lagi melayani. Agar tetap menjaga kesucian jiwa dari keinginan hawa nafsu, maka jalan terbaik adalah kembali ke jalan yang benar sesuai panggilan iman keselamatan kita. Jangan sampai kita mutung.  


Doa :

Bapa yang Maha Rahim, tanpa bimbingan dan penyertaan-Mu, kami bukan siapa-siapa. Kami rapuh, takut dan terlalu baper dalam menghadapi hidup ini. Kami mohon dalam hadirat-Mu untuk selalu datang untuk menghibur dan memberikan kami kekuatan. Agar mampu bangkit kembali ke jalan yang benar, tetap setia pada tugas perutusan kami. Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang segala masa. Amin



https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT-UEeMKCR_vqZCaBM3_wSAz3-XEVITRenYUQ&s

Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang