(Renungan) Pura-Pura Percaya, Pura-Pura Setia

Pura-pura Percaya, Pura-pura Setia
(Susan Tjia)


“Aku tidak pernah mengenalmu; pergilah daripada-Ku, engkau yang melakukan kejahatan!”
(Mat. 7:23)


Kalender Liturgi Kamis, 27 Juni 2024
Bacaan Pertama : 2 Raj. 24:8-17
Mazmur Tanggapan : Mzm. 79:1-2. 3-5. 8. 9
Bacaan Injil : Mat. 7:21-29


Saya memilih merenungkan ayat yang menarik ini karena saya merasa ada yang aneh. Mengapa seorang yang terlihat giat beribadah dan giat melayani Tuhan bahkan ada yang terlihat meninggalkan segala sesuatu serta mengorbankan diri untuk Allah, justru tidak dipuji bahkan dikutuk Tuhan sebagai pelaku kejahatan? Bacaan hari ini berkata bahwa penyebabnya adalah perilaku munafik seseorang. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemunafikan  diartikan sebagai pura-pura percaya atau setia, tetapi sebenarnya hatinya tidak. Ada beberapa kisah dalam Alkitab yang menuliskan tentang kemunafikan. Yesus mengecam keras kemunafikan. Ia menjuluki orang munafik  sebagai “menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala buas” (Mat 7:15).

Saya pernah bekerja di satu perusahaan yang pemiliknya percaya kepada ‘orang pintar’. Saya diminta berdoa di pintu masuk kantor sambil membakar kertas dan menabur bunga. Awalnya saya kerjakan karena saya kira hanya untuk sehari dua hari saja. Ternyata saya diminta melakukannya setiap hari. Akhirnya saya menolak melakukan tugas itu yang mengakibatkan saya diberhentikan. Saya dicap sebagai orang munafik oleh pemilik perusahaan.

Saya bertanya pada diri sendiri: Apakah saya munafik jika saya menolak melakukan pekerjaan yang tidak sesuai iman saya? Saya justru merasa sebagai orang munafik ketika berdoa di pintu kantor, membakar kertas dan menabur bunga. Saya merasa mengkhianati  iman saya kepada Tuhan Yesus, bahkan sampai saat ini saya selalu menyesali hari-hari saya melakukan ritual tersebut. Puji Tuhan saya diberikan keberanian untuk menolak perintah pimpinan.

Membaca perikop ini saya bertanya lagi pada diri sendiri: Apakah saya munafik? Apakah saya bermuka dua seolah-olah saya mengasihi orang lain tetapi ternyata hanya untuk memperoleh keuntungan pribadi? Apakah saya mencuri kemuliaan Yesus ketika melakukan pelayanan di Gereja? Apakah saya datang beribadah hanya karena mengharapkan keuntungan pribadi? Semoga saya tidak menjadi orang munafik seperti itu. Ah betapa mengerikannya jika kelak Yesus tidak mengenali saya karena kemunafikan saya.


Doa :

Allah Bapa di surga, terima kasih Engkau mengingatkan saya, bahwa Engkau tidak berkenan pada kemunafikan. Bimbinglah saya menjadi pribadi yang sungguh-sungguh mampu melakukan ajaran Putera-Mu dengan tulus hati. Semoga kehadiran saya membawa damai sukacita bagi sesama. Amin.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang