(Renungan) Sumpah dan Janji

Sumpah dan Janji
(Ari Susanto)


"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat."
(Mat. 5:37)


Kalender Liturgi Sabtu, 15 Juni 2024
Bacaan pertama : 1Raj.19:19-21
Mazmur tanggapan : Mzm. 16:1-2a. 5. 7-8. 9-10
Bacaan Injil : Mat. 5:33-37


Yesus mengajar tentang sumpah dan bagaimana hukum-hukumnya. Sebagaimana para nabi telah mengajarkan supaya jangan bersumpah palsu, artinya tidak melaksanakan apa yang sudah diikrarkan bersama. Yesus mengingatkan untuk tidak bersumpah. Sebab jika seseorang bersumpah, maka untuk menguatkan dan kesungguhan apa yang diikrarkan, ia akan bersaksi dalam nama yang Ilahi atau Tuhan. Yesus menegaskan bahwa tak seorang pun berhak melakukan sumpah "demi apa pun" karena "demi apa pun" bukan dalam kekuasaannya.

Yesus menegaskan untuk menguatkan dan menyatakan kesungguhan yang menjadikan kebenaran, orang tidak perlu bersumpah. Sebab jika seseorang  dengan tulus hati setia pada nuraninya, maka untuk menyatakan suatu kesungguhan atau kebenaran  tidaklah perlu membawa-bawa nama Tuhan. Karena menyebut nama Tuhan dengan tidak hormat atau sembarangan juga dilarang (bdk. Kel.20:7).

Jika seseorang setia dan taat pada suara hatinya, maka ia akan memberi pernyataan "ya" atau "tidak", seturut dengan kenyataannya (bdk. Yak.5:12). Di luar itu, yang lain hanya untuk membela diri semata, maka itu bukan berasal dari Tuhan. Seperti ajaran yang diwariskan oleh nenek moyang kita supaya "jangan bersumpah palsu" (bdk. Im. 19:12). Artinya apa yang telah dijanjikan atau sumpah di hadapan yang Ilahi harus dipenuhi, jangan sampai diingkari atau tidak dipenuhi.

Teringat ketika  masih duduk di bangku SMP, saya janji belajar kelompok dengan teman-teman di rumah. Entah mengapa saya kelupaan dan main ke luar rumah. Betapa kecewanya teman-teman sekolah, jauh-jauh datang namun nihil. Sesampainya saya di rumah disambut oleh bapak dengan wajah yang tak bersahabat. Kalimat pertama yang kudengar: "Kalau sudah janji harus ditepati.” Pertanyaan selanjutnya sebagai konfirmasi dengan jawaban teman sekolah, "sudah janjian" untuk belajar. Hal ini yang membuat bapak marah besar kepada saya. Demikian komitmen untuk selalu menepati janji tertanam dalam hati sejak saat itu.

Membaca bacaan hari ini sungguh sangat meneguhkan komitmen saya yang terbentuk sejak masih remaja. Marilah kita tak perlu sumpah atau janji yang muluk-muluk, cukup apa yang sudah  disepakati bersama dipenuhi!


Doa :

Allah Bapa yang bertahta di dalam surga, ajarkanlah kepada kami untuk dapat memiliki hati yang penuh syukur. Sehingga kami dapat mendengar suara lembut-Mu dan dimampukan untuk mengatakan yang sebenarnya. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang