(Renungan) Mari Sini Nak...!

Mari Sini Nak...!
(Roslini Onwardi)


Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, 
Aku akan memberi kelegaan kepadamu.  
(Mat. 11:28)


Kalender Liturgi Kamis, 18 Juli 2024 
Bacaan Pertama : Yes. 26:7-9. 12. 16-19
Mazmur Tanggapan : Mzm. 102:13-14ab. 15. 16-18. 19-21
Bacaan Injil : Mat. 11:28-30


Bacaan Injil hari ini hanya tiga ayat dan merupakan lanjutan dari bacaan Injil kemarin. Dengan pendekatan konteks perikop Mat. 11:25-30 perlu dipahami bahwa perikop ini tidak sedang berbicara mengenai persoalan jasmani hidup manusia, tetapi merujuk kepada kewajiban orang Yahudi untuk memenuhi tuntutan hukum Taurat. Di samping itu, tak seorang pun sempurna, termasuk para ahli Taurat dan orang Farisi, sehingga dapat memenuhi tuntutan hukum Taurat. Dengan demikian ayat 28 mengenai undangan bagi orang yang letih lesu dan berbeban berat, dimaksudkan sebagai undangan bagi orang-orang Yahudi yang putus asa dalam upaya memenuhi tuntutan hukum Taurat untuk mendapatkan keselamatan. Padahal keselamatan manusia merupakan pemberian Allah, jadi keselamatan manusia tidak ditentukan oleh perbuatannya, melainkan berdasarkan anugerah Allah. 

Anugerah yang manusia terima melalui iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Yesus yang diutus sebagai Tuhan dan Juru Selamat itu ditolak oleh para rabi Yudaisme. Merekalah yang membebankan hukum Taurat tersebut ke pundak orang-orang Israel. Yesus yang lemah lembut dan paham akan beban itu mengundang, “Mari sini, nak!” kepada semua orang untuk datang kepada-Nya. Namun banyak orang Israel yang tak mau menerima undangan untuk menikmati anugerah keselamatan yang dari-Nya itu. Tetapi Ia telah datang untuk menyatakan anugerah tersebut melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.

Dalam kehidupan saya sebagai pengikut Kristus, saya juga termasuk orang yang sering lupa akan anugerah dan undangan panggilan Kristus itu. Sebab saya lebih memprioritaskan urusan duniawi dan sering lupa untuk  mendekatkan diri kepada-Nya melalui membaca Firman dan berdoa dengan sungguh. Padahal Yesus Kristus tak pernah lelah memanggil dan membuka tangan-Nya untuk menerima saya. Saya juga sering tidak memahami anugerah panggilan Kristus itu. Padahal jika saya rajin datang memenuhi undangan Yesus, saya menjadi lebih kuat sehingga semua beban yang saya rasakan menjadi lebih ringan. 

Bagaimana dengan anda? Sudah senantiasa datang memenuhi undangan Allah?


Doa: 

Allah Bapa yang yang ada di dalam surga, puji dan syukur kami ke hadirat-Mu Bapa atas anugerah panggilan yang selalu Engkau sampaikan kepada kami, tetapi sering kami abaikan. Bimbinglah hati dan pikiran kami agar selalu terarah kepada-Mu saja. Amin. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang