(Renungan) Tanda-Tanda Kasih

Tanda-Tanda Kasih 
(Andy W. Wibowo)


Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: “Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut.” Lalu kata Elia: “Pergilah, katakan kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah,
jangan sampai engkau terhalang oleh hujan.”
(1Raj. 18:44)


Kalender Liturgi Selasa, 16 Juli 2024
Hari Raya Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel
Bacaan Pertama : 1Raj. 18:42b-45a
Mazmur Tanggapan : Mzm. 14:1. 2-3a. 3b-4a
Bacaan Kedua : Gal. 4:4-7
Bacaan Injil : Yoh. 19:25-27


Hari ini adalah Hari Raya Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel. Dahulu Gunung Karmel adalah tempat Nabi Elia menang atas imam-imam Baal dan kemudian mendapatkan tanda dari Allah. Kemudian Nabi Elia mendapatkan permenungan tentang seorang perawan yang akan melahirkan seorang Penyelamat. Permenungan ini memberinya harapan yang kemudian diteruskan kepada para pengikutnya. Konon para pengikutnya ini kemudian menjadi murid-murid Yohanes Pembaptis, yang meninggalkan Yerusalem dan kembali ke Gunung Karmel untuk mendirikan gereja yang khusus dipersembahkan kepada Bunda Maria. Dari sinilah nama Bunda Maria dari Gunung Karmel muncul. 

Sejak jatuhnya Adam dan Hawa, manusia tidak dapat langsung berkomunikasi dengan Allah. Namun karena besar kasih-Nya, Ia terus berusaha berhubungan dengan manusia melalui tanda-tanda yang berisi pesan kasih dari-Nya. Tanda-tanda ini terus diberikan-Nya hingga sekarang.

Sayangnya kita sering salah mengartikan tanda-tanda tersebut. Misalnya, kesehatan dan kekuatan masa muda dianggap sebagai tanda kesempatan untuk hura-hura sampai merusak masa muda, padahal sejatinya itu adalah tanda bahwa perjalanan hidup di masa depan tidak mudah, sehingga Allah memberikan kesehatan dan kekuatan sebagai bekal kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Tanda lainnya seperti banyaknya harta dan kekuasaan, yang dianggap sebagai imbalan dari Allah akan kepintaran, kerja keras dan atau ‘kesucian’ diri. Padahal hal tersebut adalah tanda bahwa kita diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk menyatakan kasih Allah kepada sesama. 

Gagal paham soal tanda-tanda-Nya tidak hanya muncul di zaman sekarang. Sejak zaman Yesus pun manusia sudah sering gagal paham. Mukjizat-mukjizat-Nya dianggap orang Israel sebagai tanda bahwa mereka adalah bangsa “hebat” yang sudah sepantasnya mendapat perlakuan khusus. Mereka gagal paham bahwa tanda-tanda itu menyatakan kasih Allah masih tersedia untuk mereka dan sudah saatnya mereka bertobat. 

Hingga sekarang, Allah terus memberikan tanda kasih-Nya melalui kejadian-kejadian dalam hidup kita. Bila kita mau peka, segala hal yang terjadi dalam hidup kita, “baik” atau pun “buruk”, semuanya adalah tanda kasih dari Allah yang menuntut adanya pertobatan. Maukah kita mengamininya?


Doa:

Ya Tuhan, kami menyadari segala kekurangan kami. Kami mau bertobat. Semoga dengan rahmat-Mu, kami senantiasa dapat terus memperbaiki hidup kami. Bunda Maria, bunda kami semua doakanlah kami orang yang berdosa ini. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang