(Renungan) Mendengarkan dan Melaksanakan Sabda Allah

Mendengarkan dan Melaksanakan Sabda Allah
(Fransiscus Haryanto)


“Sebab, siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga,
 dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan, dan ibu-Ku.”
(Mat. 12:50)


Kalender Liturgi Selasa, 23 Juli 2024
Bacaan Pertama : Mi. 7:14-15. 18-20
Mazmur tanggapan : Mzm. 85:2-4. 5-6.7-8
Bacaan Injil : Mat. 12:46-50


Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menekankan para murid-Nya bahwa hubungan yang fundamental dengan Dia tidak selalu didasarkan pada ikatan darah atau hubungan duniawi lainnya. Hubungan ini bisa dilakukan dengan cara mendengarkan dan melaksanakan sabda Allah. Banyak orang berpikir, apabila telah mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja setiap minggu, atau bahkan cukup dengan merayakan Paskah dan Natal, kita telah menjadi anak-anak Tuhan. Sesungguhnya tidaklah sesederhana itu. Memenuhi undangan perjamuan Tuhan memang suatu hal yang baik untuk menjalin relasi dengan-Nya, namun itu saja tidak cukup. Yang terpenting adalah tindakan yang kita lakukan setelah itu. Iman tanpa perbuatan adalah mati.

Santa Teresa dari Calcuta, memberikan teladan nyata dalam melaksanakan sabda Allah. Beliau mempersembahkan diri seutuhnya dengan melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat, serta membimbing komunitas Misionaris Cinta Kasih di India (selanjutnya berkembang di negara-negara lain). Santa Teresa juga memberikan teladan bahwa melalui doa yang rutin, kita dapat mencapai hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan. Ia percaya bahwa doa adalah kesempatan kita untuk berbicara dengan Tuhan dan mendengarkan suara-Nya dalam hati kita. Beliau sama sekali tidak membedakan orang-orang yang perlu dilayani, semua mendapatkan cinta kasih yang penuh darinya. Setelah kematiannya, dia mendapat gelar “Santa” oleh Paus Fransiskus.

Kita sebagai umat Katolik, juga diharapkan mampu untuk mendengarkan dan melaksanakan sabda Allah dalam hidup kita sehari-hari. Tindakan nyata yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari hendaknya merupakan cerminan kekatolikan kita. Identitas kita sebagai umat Katolik, juga harus selaras dengan ajaran Yesus sendiri yaitu cinta kasih. Demikian juga halnya dengan iman: jika iman itu tidak disertai perbuatan, iman itu pada hakikatnya mati (Yak. 2:17).

Sudahkah kita mendengarkan dan melaksanakan sabda Allah, sehingga kita layak disebut sebagai anak-anak Allah?


Doa :
 
Allah Bapa di surga, bantulah kami untuk dapat setia dalam mendengarkan dan melaksanakan sabda-MU, sehingga kami layak disebut sebagai anak-anak Allah. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang