(Renungan) Alih-Alih Mundur

Alih-Alih Mundur
(Fidensius Gunawan)


Jawab Simon Petrus kepada-Nya, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? 
Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan 
tahu bahwa Engkaulah Yang Kudus dari Allah.”
(Yoh. 6:68-69)


Kalender Liturgi Minggu, 25 Agustus 2024
Bacaan Pertama : Yos. 24:1-2a. 15-17. 18b
Mazmur Tanggapan : Mzm. 34:2-3. 16-17. 18-19. 20-21. 22-23
Bacaan Kedua : Ef. 5:21-32
Bacaan Injil : Yoh. 6: 60-69


Satu ketika muncul seorang yang berasal dari orang kebanyakan, terpilih untuk memimpin negara. Dia bekerja siang malam, membangun berbagai fasilitas yang dibutuhkan rakyatnya. Dia memperhatikan kebutuhan rakyat kecil. Diberikannya hak-hak kepada masyarakat yang selama ini terabaikan. Negara mengalami kemajuan pesat, ia sangat dicintai rakyatnya. 
Menjelang sepuluh tahun berkuasa, beberapa orang dekatnya mulai bingung akan langkah dan keputusannya. Dia dinilai haus kekuasaan, asal tunjuk orang tertentu, bahkan dari anggota keluarga untuk jabatan-jabatan penting. Yang dulunya beseberangan dengan dia, sekarang malah dirangkul. Semua kejadian ini membuat cukup banyak pendukungnya mundur dan tak dapat lagi melihat sedikit pun hal positif dalam karya-karyanya.
 
Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan, di Galilea banyak murid Yesus mengundurkan diri, tak lagi percaya, dan tak mau lagi mengikuti Dia. Ini terjadi karena Yesus membuka diri, bahwa Ia adalah Roti dari surga. Roti kehidupan yang turun dari surga. Barangsiapa makan Roti ini akan hidup selama-lamanya. Roti yang Ia berikan untuk hidup dunia adalah daging-Nya sendiri. Bagi mereka yang mundur, perkataan Yesus terasa sangat keras dan ini mengguncangkan jiwa mereka.

Bersyukur kita hidup bukan di zaman Yesus. Kita hidup dua ribu tahun kemudian. Juga Gereja dengan segala ajaran magisteriumnya dan tradisi umat beriman, telah berlangsung sama tuanya. Semua ini membentuk iman kita saat ini, sehingga dapat sangat meyakini bahwa makan daging-Nya adalah peristiwa iman yang begitu agung dan suatu anugerah luar biasa. Kita yang menerima Tubuh dan Darah Kristus dalam suatu Perayaan Ekaristi, boleh bersatu dalam dia dan Dia berada dalam kita.

Jadi masihkah kita akan mundur seperti murid-murid Yesus? Semoga kata-kata Petrus, “Tuhan kepada siapa kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu bahwa Engkaulah yang Kudus dari Allah” adalah juga pondasi iman kita. Jadi alih-alih mundur, mari kita menggali manfaat lebih dalam dari Tubuh dan Darah-Nya yang senantiasa diberikan-Nya kepada kita!


Doa :

Tuhan, terima kasih kami boleh mengenal Engkau dan ijinkan kami terus setia kepada-Mu. Bimbing dan dampingilah kami selalu. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang