(Renungan) Awas, Bahaya Munafik!

Awas, Bahaya Munafik!
(Dewi Mulyati S)


Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kelaliman.
(Mat. 23: 28)


Kalender Liturgi Rabu, 28 Agustus 2024
Perayaan Wajib Santo Agustinus
Bacaan Pertama : 2Tes. 3:6-10. 16-18
Mazmur Tanggapan : Mzm. 128:1-2. 4-5
Bacaan Injil : Mat. 23:27-32


Munafik! Kata ini meringkaskan semua watak buruk yang terkumpul dalam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka adalah pemain drama dalam agama, berpura-pura melakukan sesuatu yang baik, tetapi niatnya busuk. Yesus sendiri mengatakan ‘celaka’ kepada mereka. Yesus yang lembut sering dibangkitkan murkanya karena perkara yang dibawa kelompok ini untuk menentang dan mencobainya.  

Kelompok ini disamakan dengan kuburan yang dilabur putih, di mana mereka tampak jujur di luar, tetapi jahat di dalam seperti tulang belulang yang penuh kotoran. Motivasi mereka adalah ingin tampak benar di mata orang, supaya dihargai dan dikagumi, meskipun berhati keji. Contohnya, mereka seolah-olah melindungi janda-janda dengan mengelola warisannya, padahal tega merampas tanah-tanahnya.

Mereka berpura-pura menghormati para nabi dengan membangun dan memperindah makam mereka, tetapi mereka membenci dan menganiaya orang-orang benar yang hidup diantara mereka, karena takut kepura-puraan mereka terbuka.

Mereka menghakimi nenek moyang mereka sebagai orang-orang keji karena membunuh para nabi, dan sesumbar tidak akan melakukan hal itu jika hidup di masa lalu. Ternyata mereka mengulang apa yang dilakukan nenek moyang mereka, yaitu dengan keji besekongkol mencari jalan untuk kematian nabi yang hidup di antara mereka yaitu Yesus.

Santo Agustinus, yang kita peringati hari ini pun pernah terjatuh dalam sifat munafik ketika muda. Didorong oleh ambisi akan pangkat tinggi dalam kerajaan Romawi, Agustinus muda masuk menjadi katekumen Kristen karena dia melihat bahwa agama Kristen sangat lekat dengan politik dan kekuasaan, padahal dia adalah penganut paham Manikheisme. Sebagai katekumen Kristen, Agustinus muda yang diberkati kecerdasan sebagai pemikir, berharap mendapatkan posisi lebih tinggi dari jabatannya sebagai professor retorika di Milan. 

Rupanya karya Tuhan bekerja, dengan semakin tertariknya Agustinus akan agama Kristen, akhirnya pangkat dan kekayaan menjadi tidak berarti lagi baginya. Dia dibaptis menjadi Kristen sekitar umur 40 tahun, dan berkarya sebagai filsuf dan penulis Kristen. Santo Agustinus adalah penulis Kekristenan kedua terbesar setelah Rasul Paulus. Mampukah  kita bertahan untuk tidak bersifat munafik?


Doa :

Ya Tuhan, hamba-Mu memohon ampun atas sifat kemunafikan yang sering mengggoda kami sebagai manusia untuk pamer, meninggikan hati. Betapa Engkau sangat membenci sifat ini karena ini adalah ciri-ciri kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat yang membenci pelajaran Kristen-Mu. Terangilah mata hati kami untuk selalu eling untuk rendah hati, sabar dan tekun dalam mengikuti sabda-Mu. Amin. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang