(Renungan) Ditegur dan Menegur

Ditegur dan Menegur
(Laurentia Linda)


Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri  saudaramu!" Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes 
dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat
(Mrk. 6:18-19)


Kalender Liturgi Kamis, 29 Agustus 2024
PW. Wafatnya S. Yohanes Pembaptis, Martir
Bacaan Pertama : Yer. 1:17-19
Mazmur Tanggapan : Mzm 71:1-2. 3-4a. 5-6ab. 15ab. 17
Bacaan Injil : Mrk. 6:17-29


Setidaknya ada 70 orang pengacara pro bono (tanpa bayaran) bergabung untuk membela seorang pemuda salah tangkap atas kasus  pembunuhan yang terjadi delapan tahun yang lalu. Peristiwa salah tangkap tersebut menggugah rasa keadilan sehingga para pengacara tersebut berani tampil untuk membela keadilan. Pengadilan menerima dalil pembelaan dan meminta polisi membebaskan pemuda tersebut. Tentu peristiwa ini merupakan teguran bagi kepolisian. 

Hal ini sama seperti Yohanes. Ketika melihat kesalahan yang dibuat oleh Herodes, ia dengan berani menegur Herodes, yang adalah seorang raja. Yang ditegur adalah Herodes,  namun istrinya, Herodias, yang menaruh dendam. Kala teringat akan teguran Yohanes, seketika hati Herodias dikuasai rasa marah dan nafsu membalas. Hidupnya sangat tidak nyaman. Lalu ketika ada kesempatan, tak segan ia meminta diberikan kepala Yohanes di atas talam.

Tindakan menegur biasanya  menimbulkan rasa tidak nyaman, marah, dan agresif. Oleh sebab itu jika kita ada di posisi penegur, hendaknya dapat disampaikan secara lembut dan berhati-hati. Yohanes sudah bertindak berani dan benar, dengan menegur Herodes secara empat mata. Walau demikian tetap ada risiko. Ia memang wafat secara tragis, namun Gereja memperingati kematiannya pada hari ini. Untuk mengingatkan kita agar juga berani mengambil sikap dan menegur pihak-pihak yang salah.

Pernah dalam satu masa kehidupan, saya mengalami masa apes, masalah dan kejadian yang tidak menguntungkan datang silih berganti dan tidak pernah berhenti. Hingga suatu waktu saya disadarkan bahwa  semua kejadian yang saya alami itu adalah teguran dari Tuhan. Pasti ada tingkah laku saya yang tidak berkenan dan jauh dari ajaran-Nya. Tuhan menggunakan berbagai sarana  untuk menyampaikan pesan kepada kita. Melalui orang lain, melalui mimpi, atau kadang melalui peristiwa kecil dalam keseharian kita. Jika kita ditegur oleh orang lain, seharusnya kita bersyukur dan bisa menerima dengan baik, supaya kita terhindar dari akibat perbuatan kita yang tidak baik. Lebih baik mana, menerima teguran atau langsung hukuman?


Doa:

Tuhan yang Maha Baik, peliharalah suara hati kami agar berani menegur dengan baik. Juga buka hati kami agar saat kami menerima teguran, secara positif kami sanggup introspeksi diri. Amin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang