(Renungan) Menjaga Keutuhan Perkawinan

Menjaga Keutuhan Perkawinan
(Debby Christina)


Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.
(Mat. 19:6)


Kalender Liturgi Jumat, 16 Agustus 2024
Bacaan Pertama : Yeh. 16:1-15. 60. 63
Mazmur Tanggapan : Yes. 12:2-3. 4bcd. 5-6
Bacaan Injil : Mat. 19:3-12

 
Allah menciptakan manusia dan menjadikan mereka laki-laki dan perempuan. Sejak semula perempuan diciptakan sebagai penolong bagi laki-laki dan keduanya diciptakan sungguh sangat baik.  

Laki laki bersatu dengan perempuan yang menjadi istrinya, dan dikuduskan dalam sebuah Sakramen Perkawinan, sehingga mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.

Kehidupan perkawinanku menuju 25 tahun perjalanan berkeluarga. Perjalanan hidup rumah tangga tidak selalu di jalan rata, tetapi diwarnai tanjakan dan tikungan, suka dan duka. Lima sampai sepuluh tahun hidup berkeluarga, mulai timbul ketidakcocokan. Kebutuhan ekonomi yang meningkat, kekuatiran masa depan dan faktor kelelahan mengurus rumah tangga; menjadikanku banyak tuntutan kepada pasanganku. Pertengkaran sering terjadi, aku menjadi tidak lagi sabar, egois, merasa benar, dan selalu minta dimengerti. Keadaan ini membuatku tidak ada damai dan sukacita.

Kesibukan dunia kerja dan rumah tangga membuatku jarang menyapa Tuhan. Aku khawatir akan banyak hal yang belum terjadi, karena tidak mengandalkan Tuhan. Bila sedang bertengkar dengan suami, sepanjang hari aku kehilangan damai. Akhirnya aku mencari hiburan dengan menghabiskan waktu berbelanja. Namun, tetap tidak ada rasa tenang dan damai.

Sampai suatu hari aku diingatkan oleh Roh Kudus, untuk membawa segala kekhawatiranku pada Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Aku  memutuskan untuk meminta pertolongan Bunda Maria dengan berdoa Rosario setiap malam. Aku berharap pemulihan terjadi dalam hidupku. Ternyata Bunda Maria membantuku seperti dalam pesta perkawinan di Kana. Pada akhirnya terjadi pemulihan dalam hidupku dengan melakukan perkataan Yesus. Hal ini menjadikanku tenang dan mulai belajar tidak menuntut apa pun. Kini aku lebih banyak mengasihi dengan memberi cinta untuk anak dan pasanganku, setiap waktu tanpa pamrih. Kami lebih mudah mengampuni dan saling terbuka satu sama lain.

Aku menghadirkan Keluarga Kudus Nazareth: Santo Yusuf, Bunda Maria dan Yesus dalam kehidupanku. Kami meneladani semangat  Santo Yusuf, sebagai pelindung keluarga. Ia adalah gambaran kasih Allah yang menjaga dan melindungi, sederhana, tidak menonjolkan diri, serta taat kepada Allah. Sejak saat itu, kami selalu merasakan anggur sukacita dalam  perkawinan kami.

Sudahkah anda berkorban menjaga keutuhan perkawinan Anda? 


Doa:

Bapa yang baik, terima kasih atas anugerah keluarga, gereja kecil yang Engkau percayakan kepadaku. Jaga dan lindungilah kami semua sekeluarga dari mara bahaya sehingga kelak kami sampai ke rumah-Mu di surga. Amin. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang