(Renungan) Menolong yang Lemah

Menolong yang Lemah
(Ari Susanto)


Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” 
(Luk. 7:13)


Kalender Liturgi Selasa, 27 Agustus 2024
Bacaan Pertama: Sir. 26:1-4, 13-16
Mazmur Tanggapan: Mzm. 131:1. 2. 3
Bacaan Injil: Luk. 7:11-17


Dalam Injil hari ini, Yesus membebaskan penderitaan yang dialami oleh seorang janda di kota Nain, dengan menghidupkan kembali anak laki-lakinya yang mati.  Janda adalah seorang isteri yang ditinggalkan oleh suaminya, entah mati atau cerai. Pada masyarakat Yahudi kuno, seorang janda mendapatkan stigma yang negatif dari masyarakat sekitarnya, karena janda adalah orang yang kehilangan dukungan ekonomi, hukum dan sosial. Seorang janda yang ditinggal mati oleh anak laki-laki satu-satunya, akan menjadikan penderitaannya berlipat ganda. Melihat hal demikian Yesus tidak tinggal diam namun "tergeraklah hatinya". Inilah wajah keilahian Yesus kepada orang-orang disekitar-Nya (bdk. Mzm. 68:6).

Penderitaan janda di Nain dan relasi dengan anaknya, mewakili penderitaan manusia akibat jatuh ke dalam dosa. "Aku akan melipatgandakan penderitaanmu pada waktu melahirkan anak" (bdk. Kej.3: 16). Yesus melihat suatu penderitaan yang besar yang diderita oleh janda ini. Ia mengingat apa yang akan dialami juga oleh Maria, ibu-Nya. Demikian Yesus telah mengajarkan kepada kita para pengikut-Nya, untuk tidak berpangku tangan ketika melihat penderitaan sesama di sekitar kita.

Saya bekerja pada perusahan swasta masih dalam tahap projek dan semua karyawan baru pun dilibatkan. Ada salah satu karyawan mendapat musibah, kecelakaan sewaktu kerja yakni ada pipa meledak dan pecahan logamnya menancap ke tulang kering kakinya. Setelah dirawat selama tiga bulan bisa sembuh, namun jalannya menjadi pincang. Semua biaya perawatan rumah sakit ditanggung oleh perusahaan, tapi setelah sembuh karyawan tersebut justru dipecat. Ketika saya bertanya apa alasan dipecat,  jawabannya tidak layak seorang mekanik cacat. Saya pun mendesak untuk dipertimbangkan agar bisa dipindahkan ke bagian lain, namun perusahaan tidak bergeming. Akhirnya perusahan menjawab: bahwa orang itu pembawa sial.  Saya menangis ketika mendengar jawaban itu, mengingat karyawan tersebut baru saja melangsungkan pernikahan. 

Saya sudah berusaha menolongnya, meskipun tiada hasil. Namun paling tidak, orang itu merasa ada yang memperjuangkan. Sudahkah kita menjadi pengikut Kristus, yang tergerak hati untuk menolong sesama yang lemah dan membutuhkan?


Doa:

Allah Bapa yang bertahta di surga, berilah kami hati yang penuh syukur agar kami dimampukan dan dikuatkan untuk berani dan tulus ikhlas menolong sesama yang membutuhkan. Amin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang