(Renungan) Munafik

Munafik
(AM. Regina T.)


“Celakalah kalian, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, 
hai kalian orang-orang munafik, 
sebab kalian menutup pintu Kerajaan Surga di depan orang. 
Sebab kalian sendiri tidak masuk dan kalian merintangi mereka yang berusaha masuk”.
(Mat. 23:13)


Kalender Liturgi Senin, 26 Agustus 2024
Bacaan Pertama : 2Tes. 1:1-5. 11b -12
Mazmur Tanggapan : Mzm.  96:1-2a. 2b-3. 4-5
Bacaan injil : Mat. 23:13-22


Dalam Kamus Alkitab, tertulis “Ahli Taurat” adalah pengajar dan penafsir Perjanjian Lama, khususnya kelima kitab Musa (Taurat atau Pentateukh). “Orang Farisi” adalah suatu golongan dari para rabi dan ahli Taurat yang sangat berpengaruh. Mereka berpegang pada Taurat Musa dan pada “adat istiadat nenek moyang”. Seluruh hukum dan peraturan mereka taati secara mutlak. 

Dari keterangan di atas, ahli Taurat dan kaum Farisi adalah orang hebat yang memainkan peran penting dalam pengaturan kehidupan orang Yahudi. Disebutkan ada 613 aturan turunan dalam upaya menterjemahkan perintah Allah untuk diterapkan orang Yahudi. Peraturan yang banyak ini sukar untuk dipraktekkan dalam kehidupan. 

Hukum dan aturan itu bertujuan mulia namun mereka sendiri pun tidak sanggup menjalankannya. Itulah sebabnya Yesus menyebut mereka manusia munafik. Mereka menutup pintu Kerajaan Surga di depan orang dan menghalangi orang masuk ke Surga sementara mereka sendiri tidak masuk. Sementara berdoa dengan kata-kata panjang yang indah, mereka “menelan” rumah janda-janda. Dalam upaya yang luhur mempertobatkan satu orang namun setelah itu menjadikan orang tersebut lebih jahat dari mereka. Mereka juga disebut “buta” oleh Yesus karena mereka mengajarkan hal-hal yang tidak sesuai dengan kebenaran.

Masyarakat di desa tempat saya bekerja mempunyai aturan anti speker. Mereka tidak mempunyai radio apalagi televisi. Sepuluh tahun yang lalu kami pernah membuat acara mengundang penyanyi. Baru satu lagu dilantunkan, langsung diminta bubar oleh seorang yang dituakan. Saya melihat tokoh tersebut mempunyai telepon genggam. Beliau menjelaskan bahwa dia tidak boleh membuka suara speker telepon dan nada panggilan pun hanya berupa getaran tanpa suara. Pada suatu kesempatan, saya berpergian bersama beliau ke luar negeri. Alangkah terkejutnya saya, beliau minta kami melupakan bahwa dia adalah tokoh adat yang dilarang minum miras, berkaraoke, mendengar musik, dan menonton dari telepon genggam. Ternyata peraturan yang dipangkunya, sungguh sangat memberatkan beliau.

Bagaimana dengan saya dan anda? Apakah kita tergolong munafik?


Doa :

Ya Yesus yang baik, Guru dan Tuhan kami, berilah Roh Kudus-Mu agar kami dapat mengerti dan berhikmat. Agar kami dapat hidup benar sesuai dengan perintah-Mu dan tidak sekedar hanya ingin menyenangkan orang lain. Engkaulah yang utama dan terutama dalam hidup kami. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang