(Renungan) Berdoa dengan Hikmat Sejati

Berdoa dengan Hikmat Sejati
(Fellicia Fenny S.)


Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.
(Yak. 4: 3)


Kalender Liturgi Minggu, 22 September 2024
Bacaan Pertama : Keb. 2:12. 17-20
Mazmur Tanggapan : Mzm. 54:3-4. 5. 6. 8
Bacaan Kedua : Yak. 3:16-4:3
Bacaan Injil : Mrk. 9:30-37


Suatu pagi anakku ngambeg dan mengeluh, "Mami aku nggak mau berdoa lagi, buat apa berdoa toh tidak dikabulkan Tuhan." Saya perhatikan wajahnya yang bete. Tanpa banyak kata, kupeluk dan kuelus kepalanya sambil berkata dalam hati, "Mami pun sering mengalami hal yang sama nak, hanya ekspresi kita saja yang berbeda." Setelah percakapan itu, banyak pertanyaan memenuhi benakku, "Kenapa Tuhan tidak menjawab doa-doa kami? Apa yang salah dengan doa kami? Doa yang akan dikabulkan yang seperti apa?"

Yakobus dalam bacaan hari ini menjawab pertanyaan-pertanyaanku dengan tegas: "Karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." Selain kerendahan hati, dalam berdoa perlu ‘hikmat yang dari atas’, Yakobus pun menyandingkannya antara hikmat sejati dengan hikmat palsu.

Ada gambaran yang indah dari ciri-ciri hikmat sejati yaitu hikmat yang murni, bebas dari pelanggaran, pendamai, peramah, penurut, berbelas kasih, tidak memihak dan tidak munafik. Hikmat ini tulus dan terbuka, tidak goyah, setia dan konsisten. Hikmat sejati akan terus menaburkan buah-buah kebajikan dan kebenaran dalam damai, yang akan menghasilkan panen sukacita.

Bertolak belakang dengan hikmat sejati, hikmat duniawi meliputi segala keinginan hati, kesenangan diri dan hawa nafsu dunia. Dimulai dari iri hati yang memicu perselisihan, dilanjutkan keinginan membenarkan diri dengan bermegah dan berdusta, diakhiri dengan kekacauan dan segala macam perbuatan jahat yang merusak relasi intim dengan Allah dan sesama. Yakobus menegaskan bahwa hikmat dunia merusak doa yang dipanjatkan dan menjadikannya kekejian bagi Allah. 

Jadi apabila doa-doa kita tidak dijawab, bisa karena salah berdoa dan motivasi yang melatarbelakangi doa itu. Kita meminta untuk tujuan yang tidak murni, untuk memuaskan keinginan hati dan kepentingan diri, bukan mencari kehendak Allah. Atau bisa juga kita meminta dengan cara yang salah, tanpa keteguhan iman dan kesungguhan hati. 

Tetaplah berdoa walaupun belum menerima apa-apa, Tuhan tahu yang jauh lebih baik dari apa yang kita minta!


Doa :

Bapa yang bertahta dalam surga, ampuni kami yang sering kali menjadi kecewa karena tidak menerima apa yang kami minta. Berikan kami hikmat sejati dalam berdoa, agar kami mampu memahami kehendak-Mu dalam hidup kami. Amin.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Disposisi Hati

(Renungan) Api Penyucian