(Renungan) Di Balik Simbol

Di Balik Simbol 
(H. Haryanto Tanudjaja)


“Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
(Yoh. 3:14-15)


Kalender Liturgi Sabtu, 14 September 2024
Pesta Pemuliaan Salib Suci
Bacaan Pertama : Bil. 21:4-9 
Mazmur Tanggapan : Mzm. 78:1-2. 34-35. 36-37. 38
Bacaan Injil : Yoh. 3:13-17


Negara kerajaan, tempat studi anakku, melarang atribut salib, pun pertemuan yang mengarah pada ibadat Kristiani sebab Gereja belum diizinkan hadir. Pengalaman mencekam terjadi ketika aku lolos membawa kepingan salib melewati ketatnya imigrasi untuk dirakit kembali menjadi salib yang meneguhkan iman anakku. Manusia memandang sesuatu yang menakutkan atau sebaliknya di balik suatu simbol. 

Yesus mengibaratkan kematian-Nya di kayu salib seperti kisah ular tembaga yang digantung tinggi pada sebuah tiang. Ketika bangsa Israel memberontak melawan Allah, Dia mengirimkan ular-ular tedung untuk memagut sebagai hukuman sehingga banyak bangsa Israel yang mati. Atas perintah Allah, Musa membuat ular tembaga pada sebuah tiang. Setiap orang yang terpagut ular tedung harus memandang ular tembaga agar tetap hidup. Tembaga juga merupakan logam mulia untuk tiang bait Allah yang melambangkan kehadiran Allah. 

Karya Yesus ditinggikan di atas salib seperti ular tembaga yang diangkat tinggi. Manusia mati karena dosa harus memandang Kristus agar tetap hidup, sebab Dia rela menanggung semua dosa manusia itu dan mereguk murka Allah. Dia menebus dan membebaskan manusia dari hukuman Allah. Respons seseorang terhadap karya-Nya akan menentukan apakah dia akan beroleh hidup kekal atau hukuman. Bagi yang percaya akan diselamatkan, sedangkan yang tidak percaya akan menerima hukuman, bahkan kebinasaan.

Santa Teresa Benedikta (Edith Stein) sangat bangga akan salib. Sebelum menjadi biarawati, dia terkesima melihat seseorang yang sedang berdoa dengan penuh harap di depan salib Yesus. Kepercayaannya pada salib Yesus membuat dia bersukacita dalam menghibur, menenangkan, dan menolong para tahanan Nazi. Penghormatan kepada pribadi di balik simbol salib ini, dilestarikan Gereja melalui berbagai bentuk ibadat penyembahan Salib. Hari ini Gereja merayakan pesta “Salib Suci Dimuliakan” yang dikaitkan dengan peristiwa penemuan Salib Sejati oleh Santa Helena (320), ibunda dari Santo Konstantinus yang berjasa besar dalam pemuliaan salib. 

Kalau salib merupakan karya Yesus, sudahkah kita merepons karya Yesus itu agar menerima anugerah keselamatan?


Doa:

Yesus Kristus, di balik simbol salib-Mu ada belas kasih, kebangkitan, dan kehidupan kekal. Semoga dalam penderitaan, kami menjadi kuat dan tekun dengan memandang salib-Mu dan kemudian menyatukan salib kami dengan salib-Mu untuk memperoleh hidup yang kekal. Jadikanlah kami sebagai sakramen keselamatan bagi semua orang. Amin.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

(Renungan) Api Penyucian

(Renungan) Si Sulung yang Hilang