(Renungan) Di Kedalaman Hati Bersama Allah
Di Kedalaman Hati Bersama Allah
(Lyli Herijanto)
Kalender Liturgi Kamis, 26 September 2024
Bacaan Pertama : Pkh. 1:2-11
Mazmur Tanggapan : Mzm. 90:3-4. 5-6. 12-13. 14. 17
Bacaan Injil : Luk. 9:7-9
Injil hari ini memperlihatkan kecemasan Herodes dikarenakan berita-berita yang diterimanya. Herodes mendapatkan berita bahwa Yohanes telah dibangkitkan, padahal Yohanes sudah mati dipenggal kepalanya atas perintah Herodes sendiri. Herodes cemas ketenaran Yesus yang disangka Yohanes yang bangkit atau Elia, akan mengganggu kedudukannya. Kecemasan ini membuat Herodes berupaya bertemu Yesus. Motivasi Herodes ingin bertemu Yesus tidak dilandasi ketulusan, melainkan untuk mengetahui siapa sebenarnya Yesus itu dan apakah Yesus merupakan ancaman baginya.
Hal ini menggambarkan bahwa Herodes tidak memiliki kedalaman batin sehingga hidupnya mudah cemas dan khawatir. Hidupnya terasa menjemukan dan sia-sia belaka, sebagaimana dituliskan di kitab Pengkhotbah 1:2-11. Seperti itulah hidup Herodes yang selalu berada dalam pusaran ketakutan dan kecemasan.
Kecemasan juga pernah dialami seorang istri, sebut saja Ibu Sekar yang ditinggalkan secara mendadak oleh suami yang dikasihi dan mengasihinya. Sang Pencipta memanggil suami Ibu Sekar pulang. Seketika itu, keluarga yang menjadi surga kecilnya terkoyak. Selain terguncang, kepergian suami juga membuat ia menjadi mudah overthinking. Ibu Sekar dengan status baru sebagai ibu tunggal mengalami kecemasan dan kekhawatiran akan hidup selanjutnya, juga masa depan kedua anak gadisnya.
Dalam menghadapi pergumulan kecemasan dan kekhawatirannya, Ibu Sekar berupaya selalu berpegang pada Allah. Ia rindu bertemu Allah dan terus menerus memohon agar mampu merasakan tangan Allah yang menjaganya. Lebih dari itu, Ibu Sekar berusaha semakin memberikan ruang batin terdalamnya bagi Allah. Lambat laun ia dimampukan mengikis beban masa lalu, juga mengurangi kecemasan dan kekhawatiran tentang masa depan.
Kita pun dipanggil untuk setia berpegang pada Allah, menyediakan ruang untuk Allah di kedalaman hati kita, menyadari dan merasakan kehadiran Allah dalam keseharian hidup kita. Berjalan bersama Allah, kita diajak untuk memaknai dan menikmati hidup “kini dan di sini”, yang menjadikan hidup ini ringan dijalani dan tidak dirisaukan dengan kecemasan dan kekhawatiran akan hari esok. Sudahkah kita menjalani hidup tanpa cemas dan khawatir?
Doa :
Bapa, tambahkanlah kerinduan kami untuk berpegang teguh pada-Mu dan tidak kuatir akan kehidupan kami. Amin.
(Lyli Herijanto)
Herodes berkata, “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Namun, siapa Dia ini, yang kudengar melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat melihat Yesus.
(Luk. 9:9)
Bacaan Pertama : Pkh. 1:2-11
Mazmur Tanggapan : Mzm. 90:3-4. 5-6. 12-13. 14. 17
Bacaan Injil : Luk. 9:7-9
Injil hari ini memperlihatkan kecemasan Herodes dikarenakan berita-berita yang diterimanya. Herodes mendapatkan berita bahwa Yohanes telah dibangkitkan, padahal Yohanes sudah mati dipenggal kepalanya atas perintah Herodes sendiri. Herodes cemas ketenaran Yesus yang disangka Yohanes yang bangkit atau Elia, akan mengganggu kedudukannya. Kecemasan ini membuat Herodes berupaya bertemu Yesus. Motivasi Herodes ingin bertemu Yesus tidak dilandasi ketulusan, melainkan untuk mengetahui siapa sebenarnya Yesus itu dan apakah Yesus merupakan ancaman baginya.
Hal ini menggambarkan bahwa Herodes tidak memiliki kedalaman batin sehingga hidupnya mudah cemas dan khawatir. Hidupnya terasa menjemukan dan sia-sia belaka, sebagaimana dituliskan di kitab Pengkhotbah 1:2-11. Seperti itulah hidup Herodes yang selalu berada dalam pusaran ketakutan dan kecemasan.
Kecemasan juga pernah dialami seorang istri, sebut saja Ibu Sekar yang ditinggalkan secara mendadak oleh suami yang dikasihi dan mengasihinya. Sang Pencipta memanggil suami Ibu Sekar pulang. Seketika itu, keluarga yang menjadi surga kecilnya terkoyak. Selain terguncang, kepergian suami juga membuat ia menjadi mudah overthinking. Ibu Sekar dengan status baru sebagai ibu tunggal mengalami kecemasan dan kekhawatiran akan hidup selanjutnya, juga masa depan kedua anak gadisnya.
Dalam menghadapi pergumulan kecemasan dan kekhawatirannya, Ibu Sekar berupaya selalu berpegang pada Allah. Ia rindu bertemu Allah dan terus menerus memohon agar mampu merasakan tangan Allah yang menjaganya. Lebih dari itu, Ibu Sekar berusaha semakin memberikan ruang batin terdalamnya bagi Allah. Lambat laun ia dimampukan mengikis beban masa lalu, juga mengurangi kecemasan dan kekhawatiran tentang masa depan.
Kita pun dipanggil untuk setia berpegang pada Allah, menyediakan ruang untuk Allah di kedalaman hati kita, menyadari dan merasakan kehadiran Allah dalam keseharian hidup kita. Berjalan bersama Allah, kita diajak untuk memaknai dan menikmati hidup “kini dan di sini”, yang menjadikan hidup ini ringan dijalani dan tidak dirisaukan dengan kecemasan dan kekhawatiran akan hari esok. Sudahkah kita menjalani hidup tanpa cemas dan khawatir?
Doa :
Bapa, tambahkanlah kerinduan kami untuk berpegang teguh pada-Mu dan tidak kuatir akan kehidupan kami. Amin.
Komentar
Posting Komentar