(Renungan) Fate Chiasso
Fate Chiasso
(Isye Iriani)
(Isye Iriani)
“Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita."
(Mrk. 9:38)
Kalender Liturgi Minggu, 29 September 2024
Bacaan Pertama : Bil. 11:25-29
Mazmur Tanggapan : Mzm. 19:8. 10. 12-13. 14
Bacaan Injil : Mrk. 9:38-43. 45. 47-48
Bab awal Injil Markus hari ini mengilustrasikan murid-murid, diwakili rasul Yohanes, yang merasa cemburu dan iri hati ketika ada orang luar melakukan perbuatan besar dalam nama Yesus. Murid-murid merasa memiliki hak eksklusif atas kuasa Yesus .
Bacaan Pertama : Bil. 11:25-29
Mazmur Tanggapan : Mzm. 19:8. 10. 12-13. 14
Bacaan Injil : Mrk. 9:38-43. 45. 47-48
Bab awal Injil Markus hari ini mengilustrasikan murid-murid, diwakili rasul Yohanes, yang merasa cemburu dan iri hati ketika ada orang luar melakukan perbuatan besar dalam nama Yesus. Murid-murid merasa memiliki hak eksklusif atas kuasa Yesus .
Perikop selanjutnya berbicara tentang “Hal yang membuat orang berdosa.” Iri hati adalah satu dari tujuh dosa pokok. Ia meracuni hati dan pikiran, memandang rendah orang lain, ingin memiliki apa yang orang lain miliki.
Iri hati berlawanan dengan kasih. Kasih sejati tidak cemburu, merayakan kebahagiaan dan keberhasilan orang lain tanpa merasa terancam (1Kor. 13:4). Iri hati muncul dari ketidakpuasan diri, rasa tidak aman, perasaan tidak berharga, dan sering berakar pada luka emosional atau pengalaman masa lalu yang belum diselesaikan. Iri hati berakibat dosa.
Yesus memperingatkan murid-murid-Nya konsekuensi dosa yang mengarah pada kebinasaan. Frasa "dicampakkan ke dalam neraka, di mana ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam” diulang tiga kali, menunjukkan betapa serius dan berbahayanya membiarkan dosa menguasai hidup kita.
Dalam rangka kunjungan Paus Fransicus, Romo GP. Sindhunata, S.J.,editor majalah “Utusan” mengundang umat menulis surat kepada Paus. Salah satunya, seorang lelaki muda, mencurahkan keresahan tentang dosa karena hasrat akan sesama jenis. Ia pun terjebak dalam kelompok yang sering dicap pezina sesama jenis. Satu per satu kawannya meninggal di usia muda karena terjangkit HIV. Ia sendiri nyaris putus asa menjalani hidup. Saat mendengar jawaban Paus Fransiskus tentang LGBTQ+: ”Who am I to judge them?” Dia merasa “disejukkan.” Aura “Kesejukan” dan kasih yang therapeutic (menyembuhkan) memang dirasakan oleh banyak orang lain. Bapa Suci juga mengobarkan semangat “Fate Chiasso”, frasa yang diulang-ulang dan ditegaskan.
Kalau iri hati sering menimbulkan “keributan” dan perpecahan yang berujung dosa, kita diajak membuat “keributan” yang berbeda. “keributan” yang membawa perdamaian dan rekonsiliasi , “Fate Chiasso”: buatlah “keributan” untuk kabar baik/Injil.
Mari dengan semangat melaksanakan pesan Bapa Suci: “Fate Chiasso!”
Doa:
Doa:
Komentar
Posting Komentar