(Renungan) Konsekuensi Pengikut Kristus: Teladan Santo Wenseslaus
Konsekuensi Pengikut Kristus: Teladan Santo Wenseslaus
(Rosa Maria Gani)
Kalender Liturgi Sabtu, 28 September 2024
(Rosa Maria Gani)
“Dengarlah dan camkanlah perkataan-Ku ini:
Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”
(Luk. 9:44)
PF. St. Wenseslaus, Martir
Bacaan Pertama : Pkh. 11:9-12:8
Mazmur Tanggapan : Mzm. 90:3-4. 5-6. 12-13. 14. 17
Bacaan Injil : Luk. 9:43b-45
Yesus secara terus terang membuka identitas diri-Nya untuk kedua kali kepada para murid, tetapi mereka tidak mampu memahaminya. Hal ini karena begitu menakjubkan mukjizat-mukjizat yang dikerjakan Yesus sebelumnya. Perasaan bangga sebagai murid Yesus sudah membutakan hati mereka dalam ketidakmengertian untuk memahami perkataan Yesus.
Padahal, Yesus sudah mengatakannya dengan sangat tegas, “Dengarlah dan camkanlah…” (Luk. 9:44). Yesus ingin mempersiapkan mental mereka untuk menghadapi sebuah peristiwa besar, yaitu Dia yang baru saja dipuja-puja orang, akan dikhianati, ditangkap bahkan dibunuh. Peristiwa ini merupakan konsekuensi dari identitas Yesus sebagai Anak Manusia. Para murid akan mengalami goncangan mental dan konsekuensi penderitaan sebagai pengikut Yesus.
Hari ini Gereja memperingati Santo Wenseslaus (903-935). Ayahnya, raja Bohemia, merupakan pengikut Kristus yang taat, sedangkan ibunya adalah pembenci dan penganiaya pengikut Kristus. Wenseslaus dididik secara Kristen oleh neneknya, Santa Ludmila. Pada usia 13 tahun, ayah Wenseslaus meninggal dalam sebuah pertempuran, sehingga kekuasaan jatuh di tangan ibunya. Saat itu terjadi kekacauan karena banyak penindasan terhadap orang-orang Kristen.
Kekacauan memuncak saat Santa Ludmila dibunuh atas perintah menantunya, ibu Wenseslaus. Akibatnya, terjadi pemberontakan hebat, ibu Wenseslaus didesak turun tahta dan Wenseslaus dinobatkan sebagai raja saat berusia 15 tahun.
Walaupun berusia sangat muda, ia rajin berdevosi kepada Sakramen Maha Kudus. Wenseslaus dikenal sebagai raja yang murah hati, terutama kepada para janda dan anak yatim. Ia meringankan beban hidup orang yang terpinggirkan serta menghibur mereka. Kebaikan hati Wenseslaus ini diabadikan dalam sebuah lagu Natal yang berjudul: “Good King Wenceslaus”.
Sayangnya, saat berusia 22 tahun ia dibunuh adik kandungnya sendiri. Sebelum menutup usia, ia berdoa agar Tuhan mengampuni adiknya. Wenseslaus sangat menyadari konsekuensi sebagai pengikut Kristus, ia rela mati demi mempertahankan iman, karena itu ia dikenang sebagai pembela iman, martir Kristus dan pelindung Republik Ceko.
Semoga kita dapat meneladani Santo Wenseslaus, yang dalam usia muda mampu mempertahankan iman dengan segala konsekuensinya, meskipun mendapatkan tekanan hebat dari lingkungan terdekatnya.
Doa:
Yesus yang amat baik, ampunilah saya karena saya belum bersungguh-sungguh rela menanggung segala konsekuensi menjadi pengikut-Mu. Berilah rahmat yang berlimpah agar saya selalu setia menjaga iman dan meneladani Santo Wenseslaus. Amin.
Mazmur Tanggapan : Mzm. 90:3-4. 5-6. 12-13. 14. 17
Bacaan Injil : Luk. 9:43b-45
Yesus secara terus terang membuka identitas diri-Nya untuk kedua kali kepada para murid, tetapi mereka tidak mampu memahaminya. Hal ini karena begitu menakjubkan mukjizat-mukjizat yang dikerjakan Yesus sebelumnya. Perasaan bangga sebagai murid Yesus sudah membutakan hati mereka dalam ketidakmengertian untuk memahami perkataan Yesus.
Padahal, Yesus sudah mengatakannya dengan sangat tegas, “Dengarlah dan camkanlah…” (Luk. 9:44). Yesus ingin mempersiapkan mental mereka untuk menghadapi sebuah peristiwa besar, yaitu Dia yang baru saja dipuja-puja orang, akan dikhianati, ditangkap bahkan dibunuh. Peristiwa ini merupakan konsekuensi dari identitas Yesus sebagai Anak Manusia. Para murid akan mengalami goncangan mental dan konsekuensi penderitaan sebagai pengikut Yesus.
Hari ini Gereja memperingati Santo Wenseslaus (903-935). Ayahnya, raja Bohemia, merupakan pengikut Kristus yang taat, sedangkan ibunya adalah pembenci dan penganiaya pengikut Kristus. Wenseslaus dididik secara Kristen oleh neneknya, Santa Ludmila. Pada usia 13 tahun, ayah Wenseslaus meninggal dalam sebuah pertempuran, sehingga kekuasaan jatuh di tangan ibunya. Saat itu terjadi kekacauan karena banyak penindasan terhadap orang-orang Kristen.
Kekacauan memuncak saat Santa Ludmila dibunuh atas perintah menantunya, ibu Wenseslaus. Akibatnya, terjadi pemberontakan hebat, ibu Wenseslaus didesak turun tahta dan Wenseslaus dinobatkan sebagai raja saat berusia 15 tahun.
Walaupun berusia sangat muda, ia rajin berdevosi kepada Sakramen Maha Kudus. Wenseslaus dikenal sebagai raja yang murah hati, terutama kepada para janda dan anak yatim. Ia meringankan beban hidup orang yang terpinggirkan serta menghibur mereka. Kebaikan hati Wenseslaus ini diabadikan dalam sebuah lagu Natal yang berjudul: “Good King Wenceslaus”.
Sayangnya, saat berusia 22 tahun ia dibunuh adik kandungnya sendiri. Sebelum menutup usia, ia berdoa agar Tuhan mengampuni adiknya. Wenseslaus sangat menyadari konsekuensi sebagai pengikut Kristus, ia rela mati demi mempertahankan iman, karena itu ia dikenang sebagai pembela iman, martir Kristus dan pelindung Republik Ceko.
Semoga kita dapat meneladani Santo Wenseslaus, yang dalam usia muda mampu mempertahankan iman dengan segala konsekuensinya, meskipun mendapatkan tekanan hebat dari lingkungan terdekatnya.
Doa:
Yesus yang amat baik, ampunilah saya karena saya belum bersungguh-sungguh rela menanggung segala konsekuensi menjadi pengikut-Mu. Berilah rahmat yang berlimpah agar saya selalu setia menjaga iman dan meneladani Santo Wenseslaus. Amin.
Komentar
Posting Komentar